ENDE, BGNNEWS.CO.ID - Mantap dan contoh nyata inovasi pertanian berbasis teknologi. Inilah yang dilakukan kelompok petani milenial Detudama II di Desa Waturaka, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dengan menerapkan teknologi digital dalam budidaya pertanian atau menggunakan sistem pertanian modern melalui screen house, mereka berhasil panen perdana melon varietas Alisa F1.
Screen house, rumah kaca yang dilengkapi dengan sistem otomatis untuk mengatur suhu, kelembapan, dan penyiraman, memungkinkan petani mengelola proses pertanian dengan efisien dan akurat. Semua pengaturan tersebut dapat dilakukan melalui aplikasi yang terhubung ke perangkat android, bahkan memungkinkan pengoperasian dari jarak jauh.
Hal ini mempermudah petani dalam menjaga kondisi tanaman meski mereka tidak selalu berada di lokasi. Vitalis, salah satu anggota kelompok Detudama II mengungkapkan, teknologi ini sangat membantu dalam mengelola budidaya melon.
''Semua proses, dari penyiraman hingga pengaturan suhu, kami kontrol menggunakan aplikasi, bahkan kami bisa melakukannya dari rumah,'' kata Vitalis.
Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa petani milenial di Waturaka tidak hanya mengandalkan cara-cara tradisional, tetapi juga memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Melon yang dipanen memiliki ciri khas kulit berwarna kuning emas, tanpa jaring, dan daya tahan simpan hingga 14 hari setelah dipanen.
Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende Ibrahim Gadir Dean, dalam laporan kegiatan, menekankan pentingnya keberadaan kelompok tani milenial yang mandiri dan inovatif. ''Di desa ini, tidak ada kelompok yang hanya menunggu instruksi, tetapi mereka bergerak dengan inisiatif sendiri, Ini adalah contoh yang sangat baik,'' ujar Gadir.
Sementara itu Bupati Ende Yosef Benediktus Badeoda berikan apresiasi terhadap inovasi yang diterapkan oleh kelompok tani Detudama. ''Inovasi seperti ini perlu dikembangkan lebih luas dan menjadi contoh bagaimana pertanian modern dapat maju dan berkelanjutan jika dikelola dengan teknologi dan semangat yang tinggi,'' katanya.
Sebagai bagian dari program pemerintah, proyek screen house ini didanai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Pertanian Tahun Anggaran 2024. Melon yang dipanen berasal dari 650 tanaman, dengan rata-rata dua hingga empat buah per pohon, dan dipanen dalam tiga tahap.
Selain itu, penggunaan cocopeat (media tanam dari sabut kelapa) dalam budidaya melon ini membuka peluang ekonomi baru, mengingat sabut kelapa di daerah tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi ini diharapkan dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk menciptakan peluang usaha baru di bidang pertanian.
Dengan penerapan teknologi digital dalam pertanian, Desa Waturaka kini menunjukkan inovasi pertanian dapat meningkatkan hasil, mempercepat perkembangan ekonomi lokal, serta memberikan contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Ende untuk menerapkan teknologi serupa dalam usaha pertanian mereka. (jun/rri)