Ditjenbun Fokus pada Perbaikan Produktivitas Sawit Rakyat

Pohon Sawit Sudah Tua, Ayo Segera Ajukan PSR

Pohon Sawit Sudah Tua, Ayo Segera Ajukan PSR
Ilustrasi pohon sawit yang sudah tua. (Foto istimewa)

JAKARTA, BGNNEWS.CO.ID - Permintaan crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah baik untuk pangan, oleokimia, energi dan ekspor semakin meningkat. 

Untuk mengatasi hal ini, tentu menjadi tantangan Ditjenbun. Oleh karena itu Ditjenbun menyambut tantangan ini dengan fokus pada peningkatan produktivitas sawit rakyat.

''Kami mendorong pekebun sawit rakyat yang pohonnya sudah tua dan produktivitasnya menurun untuk segera mengajukan PSR baik lewat dinas maupun kemitraan. Peremajaan dengan menggunakan benih unggul maka dalam 5 tahun kedepan produksi CPO 4-5 ton/ha , petani semakin sejahtera,'' kata Ardi Praptono, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, hari ini.

Untuk percepatan PSR, Ditjen Perkebunan juga melibatkan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Dalam jangka panjang tim lintas kementerian ini akan mengembangkan peta spatial sawit by name by adress langsung dari citra satelit.

Kelebihan peta spatial adalah akan terlihat jelas lahan milik siapa, apakah sudah sesuai ketentuan, tanaman sudah tua atau belum, sehingga bisa diajukan lahan yang sudah bisa masuk dalam PSR.

''Selain PSR, kami mendorong program bantuan sarana dan prasarana, mulai dari pupuk, pestisida, alat mesin pertanian, alat – alat pengolahan, sarana pemasaran dan lain-lain. PSR hasilnya terlihat setelah 3 tahun sedang bantuan sarana prasarana tahun depan produktivitasnya bisa langsung naik,'' kata Ardi lagi.

Dilakukan juga pelatihan dan bimbingan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pengelola sawit rakyat sehingga Good Agricultural Practice (GAP) bisa semakin optimal. Tahun ini ada 4.000 beasiswa sawit di beberapa universitas terutama vokasi dan terapan.

Beasiswa untuk anak pekebun sawit, buruh sawit baik pada pekebun maupun perusahaan dan pemangku kepentingan sawit lainnya. Targetnya ketika mereka kembali ke lapangan bisa menerapkan GAP secara disiplin sehingga produksi sawit semakin optimal. (jun/mediaperkebunan)

 

 

Berita Lainnya

Index