154 Petani Rohul Diberi Pelatihan untuk Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit

154 Petani Rohul Diberi Pelatihan untuk Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit
Pelatihan peningkatan produksi kebun sawit BPI. (foto istimewa)

Rohul, BGNNEWS.CO.ID - Badan Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP) dan Ditjenbun bersama Best Planter Indonesia (BPI) menggelar pelatihan terhadap petani sawit Kabupaten Rokan Hulu. Acara yang dilaksanakan disalah satu hotel Pekanbaru ini berlangsung sukses dengan melibatkan 154 petani.

Direktur Operasional BPI, Friyandito menjelaskan, dalam pelatihan yang dilakukan selama lima hari ini petani diajarkan upaya peningkatan produksi kebun sawit agar dapat mencapai 25 ton/ha/tahun. 

''Pelatihan terhadap petani sangat penting dilakukan. Sebab ini bermanfaat agar produksi kebun kelapa sawit petani dapat lebih meningkat. Ini adalah langkah nyata kai mendukung kelapa sawit berkelanjutan nasional. Sehingga petani lebih sejahtera,'' Friyandito dalam keterangannya yang dikutip, Kamis (21/8/2025).

Dijelaskan, ada tujuh faktor yang berdampak pada pencapaian produksi tandan buah segar (TBS). Diantaranya yakni gangguan hama penyakit tanaman, gulma, varietas tanaman, kondisi struktur tanah, kecukupan tegakan (SPH), pemupukan serta kelembaban tanah. 

''Ini kita bahas semua kemarin. Mulai dari  pembahasan kelembaban tanah. Hingga kini tidak sedikit pekebun sawit yang pasrah pada curah hujan, tidak ada kemampuan untuk menyiram tanaman sawitnya pada musim kemarau. Lalu apa yang bisa dilakukan pekebun mengatasi musim kemarau? Yakni dengan  menjaga hijauan diperkebunan sawit,'' paparnya.

Kemudian sistem pemupukan menjadi faktor kedua yang mempengaruhi produksi. Petani harus paham untuk mengukur pH tanah dipiringan pokok sawit. pH ideal untuk tanaman sawit adalah pH>5. Sedangkan pH ideal agar pupuk tersedia optimum bagi tanaman sawit adalah pH 6-7. 

''Mengukur pH itu mudah, dengan menggunakan alat ukur pH portable, cara penggunaannya gampang dan harga alatnya juga murah. Jangan sampai pupuk sia-sia diaplikasi kelahan karena pH tanahnya <6,'' bebernya.

Kemudian kecukupan tegakan (SPH) berpengaruh langsung pada pencapaian produksi, dimana 1 pohon sawit menghasilkan buah 200 – 250 kg/batang/tahun. Dengan harga TBS Rp 3.000/kg, maka 1 batang sawit menghasilkan pendapatan 600 ribu – 750 ribu/tahun.

Selanjutnya hilangnya tegakan pohon sawit akibat serangan hama rayap atau serangan penyakit Ganoderma, menimbulkan kerugian nyata bagi pekebun sawit. Oleh sebab itu, cukupi jumlah tegakan pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM), dan jaga setiap pohon sawit dari serangan hama dan penyakit tanaman.

Disamping itu, kondisi struktur tanah yang berada diseputaran perakaran tanaman dalam kondisi ideal terdiri dari 25% air, 25% udara, 45% tanah dan 5% bahan organik. Petani harus tanggap untuk mengidentifikasi kondisi struktur tanah dikebunnya. Jika kondisi lahannya berpasir, lahan kandungan liat tinggi maupun gambut berarti ada ketidaksesuaian kondisi struktur tanah.

Gulma dan hama penyakit menjadi faktor yang mengurangi secara langsung pencapaian produksi pohon sawit, baik dengan merusak daun, buah maupun batang sawit. Keberadaan gulma yang diperbolehkan dikebun sawit adalah gulma berakar serabut, gulma berbatang lunak dan guma yang tidak bersaing dengan pohon sawit untuk mendapatkan air, hara dan sinar matahari. (jdi/els)

Berita Lainnya

Index