Kualitas Udara Pekanbaru Sedang Tak Sehat, Berbahaya Bagi Kelompok Sensitif

Kualitas Udara Pekanbaru Sedang Tak Sehat, Berbahaya Bagi Kelompok Sensitif
dr Indi Esha Siregar MSi SpP (K). (foto istimewa)

Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID - Beberapa hari belakangan ini Riau diselimuti kabut asap, dampak dari terbakarnya hutan dan lahan. Hal ini membuat kualitas udara di Kota Pekanbaru, Riau, memburuk pada Kamis pagi (24/7/2025).

Berdasarkan data dari IQAir, indeks kualitas udara (AQI) mencapai angka 132 pada pukul 07.00 WIB. Level tersebut masuk dalam kategori ''Tidak Sehat bagi Kelompok Sensitif''.

Polutan utama yang mendominasi adalah partikel halus PM2.5 dengan konsentrasi mencapai 48,2 µg/m³. Kondisi ini menjadi sinyal bahaya terutama bagi anak-anak, lansia, serta penderita gangguan pernapasan dan jantung. 

Suhu udara terpantau 26°C dengan kelembaban 85% dan kecepatan angin 2,4 km/jam, yang relatif rendah sehingga memperparah penumpukan polusi di udara.

Memburuknya kualitas udara pagi ini dipicu oleh kabut asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah Riau. 

Berdasarkan pemantauan BMKG, terdeteksi 207 titik panas (hotspot) yang tersebar di lima kabupaten di Riau. Asap dari karhutla ini menyelimuti atmosfer dan memperburuk kondisi udara di sejumlah kota, termasuk Pekanbaru.

Prakiraan indeks kualitas udara (AQI) dalam beberapa jam ke depan menunjukkan tetap berada di zona tidak sehat hingga siang nanti. 

Pada pukul 09.00 diprediksi berada di angka 124, lalu 118 pada pukul 10.00, 114 pada pukul 11.00, 109 pada pukul 12.00 dan 102 pada pukul 13.00. Meski menurun, kualitas udara masih berada di tingkat yang berisiko bagi kesehatan.

Masyarakat, terutama kelompok rentan, diimbau untuk mengurangi aktivitas luar ruangan dan menggunakan masker jika harus beraktivitas di luar. Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan penanganan karhutla secara serius untuk mencegah memburuknya situasi ini.

Anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PPDI) Cabang Riau, dr Indi Esha Siregar MSi SpP (K) mengatakan, kabut asap terutama yang berasal dari Karhutla dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan akut (ispa).

Kemudian meningkatkan kejadian eksaserbasi (perburukan gejala pernapasan) pada pasien dengan diagnosis asma dan ppok serta iritasi mata.

''Kelompok paling rentan akibat kabut asap yakni anak, usia lanjut, ibu hamil, penderita penyakit kronik seperti asma, ppok, penyakit jantung dan diabetes, pekerja di luar ruangan,'' katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, jika mengalami sesak nafas akibat kabut asap, ia menyarankan agar segera pindah ke tempat dengan udara bersih atau ruangan tertutup dengan ventilasi baik. Kemudian juga menggunakan masker (masker N95 lebih efektif menyaring partikel asap).

''Kemudian juga minum air putih yang cukup untuk membantu mengencerkan lendir dan menjaga kelembapan saluran napas. Gunakan inhaler jika memiliki asma, segera ke fasilitas kesehatan jika sesak makin parah, disertai napas cepat, nyeri dada, atau pingsan,'' sebutnya.

Dirinya juga meminta masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan jika kabut asap semakin parah. Gunakan masker saat berada di luar. Tutup rapat ventilasi rumah saat udara di luar buruk.

''Gunakan air purifier atau AC dengan filter udara jika memungkinkan. Pantau kualitas udara melalui aplikasi seperti IQAir atau BMKG dan konsumsi makanan bergizi dan cukup cairan untuk memperkuat daya tahan tubuh,'' imbaunya.

Dilanjutkannya, ada beberapa kegiatan yang harus dihindari ketika banyak kabut asap. Seperti olahraga atau aktivitas fisik berat di luar ruangan. Membuka jendela atau ventilasi tanpa filter udara. Membakar sampah atau menyalakan api di luar rumah. Mengendarai motor tanpa masker dan membawa anak-anak bermain di taman atau ruang terbuka.

''Saat kabut asap, tidak disarankan berolahraga karena meningkatkan volume dan frekuensi pernapasan, sehingga lebih banyak partikel berbahaya dari kabut asap bisa masuk ke paru,'' sebutnya. (jdi/ra)

Berita Lainnya

Index