Bupati: Untuk Ekonomi Tangguh, Kutim Pacu Hilirisasi Sawit

Bupati: Untuk Ekonomi Tangguh, Kutim Pacu Hilirisasi Sawit
Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman memberi sambutan pada penandatanganan MoU antara Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi UMKM, 13 koperasi petani kelapa sawit, dan sejumlah perusahaan besar kelapa sawit. (foto istimewa)

Kutim, BGNNEWS.CO.ID - Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim), Provinsi Kalimantan Timur tak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah Crude Palm Oil (CPO) dan Tandan Buah Segar (TBS). Menjawab dinamika pasar global, Pemkab Kutim kini menggerakkan mesin hilirisasi dan diversifikasi sektor perkebunan sebagai poros pembangunan ekonomi berkelanjutan.

''Kita tidak boleh terus-menerus mengekspor bahan mentah. Kita harus mengembangkan industri hilir seperti minyak goreng, sabun, kosmetik, bahkan biodiesel dan produk farmasi. Itulah yang akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah,'' kata Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman yang hadir langsung menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi UMKM, 13 koperasi petani kelapa sawit, dan sejumlah perusahaan besar kelapa sawit dalam keterangan Prokopim Kutim dikutip, Senin (21/7/2025).

Kegiatan ini juga menjadi momen penting bagi 614 petani sawit yang menerima Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Legalitas ini mencakup total lahan 1.434 hektare. Sekaligus membuka akses bagi para petani untuk terlibat dalam program kemitraan dan fasilitasi pemerintah.

Saat ini Kutim berada di posisi strategis sebagai salah satu sentra produksi kelapa sawit di Kaltim. Namun, selama ini sebagian besar hasil panen langsung dijual dalam bentuk mentah. Dalam pandangan Bupati, pola ini harus diubah agar daerah mendapat nilai tambah maksimal.

Pemerintah daerah telah menyiapkan sejumlah kebijakan insentif untuk menarik investor masuk ke sektor hilir. Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy disiapkan sebagai pusat pengolahan industri turunan sawit.

''Lokasi dan infrastrukturnya strategis. Kita akan permudah regulasi, agar para pelaku usaha tertarik membangun pabrik pengolahan di sini,'' ucap Ardiansyah.

Namun, Pemkab Kutim tak ingin semua bertumpu pada sawit. Diversifikasi menjadi kata kunci lain yang dikedepankan. Komoditas lain seperti pisang, karet, kakao, lada, vanila, dan nanas juga didorong untuk naik kelas, melalui pembinaan, pelatihan, dan pengembangan koperasi.

''Kita harus mulai membangun ekonomi yang tangguh. Kalau harga sawit jatuh, petani jangan ikut jatuh. Itulah pentingnya kita kembangkan komoditas lain,'' tambahnya.

Komoditas seperti pisang, menurut Ardiansyah, bisa memiliki nilai tambah jika diolah menjadi keripik atau tepung. Karet bisa dikembangkan lewat pelatihan penyadapan dan koperasi petani. ''Kakao, nanas, lada, dan vanila juga berpotensi besar untuk industri olahan maupun ekspor, asalkan ada pendampingan dan pembukaan akses pasar,'' sebutnya. (jdi/els)

 

Berita Lainnya

Index