Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID – Namanya Amalia Putri, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Dara dari Rokan Hulu ini tengah jadi perbincangan hangat di kalangan pemuda Riau.
Wanita cantik asal Kabupaten Rokan Hulu ini berhasil meraih Juara 2 Duta Bahasa Provinsi Riau 2025, sekaligus membuktikan bahwa ketekunan, cinta bahasa, dan semangat mengabdi dapat membawa perubahan nyata di tengah derasnya arus digitalisasi.
Sosok Amalia bukanlah nama baru dalam dunia kepemudaan berprestasi. Selain sukses menyandang gelar Dara Intelegensi Rokan Hulu, ia juga tercatat sebagai Juara 1 ajang Qris of Champions oleh Bank Indonesia serta delegasi Riau dalam program pelatihan Calon Guru Bahasa Inggris Internasional. Tak hanya unggul dalam kompetisi, ia juga aktif berorganisasi dan giat dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
Ketertarikan Amalia pada ajang Duta Bahasa berawal dari ketekunannya mengikuti akun Instagram Duta Bahasa sejak dua tahun terakhir. “Saya melihat Duta Bahasa bukan sekadar ajang, tapi komunitas anak muda yang benar-benar berdampak. Mereka berperan menjaga bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan juga menguasai bahasa asing,” ujar Amalia. Semangat itulah yang mendorongnya untuk turut ambil bagian dan menjadi agen perubahan.
Perjalanan menuju 10 besar finalis Duta Bahasa Riau bukan tanpa rintangan. Rasa minder sempat menghampiri, terutama saat melihat kemampuan luar biasa dari para peserta lainnya. “Saya merasa insecure karena teman-teman finalis sangat luar biasa dan memiliki wawasan kebudayaan dan kebahasaan yang luas. Tapi itu justru memacu saya untuk belajar lebih keras,” ungkapnya.
Dengan disiplin tinggi, Amalia mengatur waktunya di tengah jadwal padat perkuliahan dan organisasi. Ia banyak belajar tentang Trigatra Bangun Bahasa dan rutin menyimak penampilan para finalis Duta Bahasa dari tahun-tahun sebelumnya sebagai bahan refleksi dan motivasi.
Sebagai bentuk kontribusi nyata, Amalia mencetuskan krida bertajuk ADIKARA (Aksi Digitalisasi dan Visualisasi Sastra Lisan Daerah). Program ini berupaya merevitalisasi sastra lisan yang nyaris punah di Provinsi Riau dengan cara menyajikannya secara digital. “Melalui kode QR, masyarakat bisa langsung mengakses dan menikmati sastra lisan daerah. Ini adalah cara untuk mendekatkan tradisi dengan generasi muda,” jelasnya penuh semangat.
Dari seluruh proses pemilihan, Amalia mengaku momen paling membekas adalah kebersamaan dengan para finalis saat latihan koreografi. “Kami bukan hanya peserta lomba, tapi sudah seperti keluarga. Kami latihan, makan, dan belajar bersama. Itu kenangan yang tak akan pernah saya lupakan,” katanya dengan mata berbinar.
Tak ingin berhenti sampai di sini, Amalia bertekad menjangkau lebih luas. Ia ingin Trigatra Bangun Bahasa hadir bukan hanya di komunitas sastra dan kebahasaan, tapi juga di ruang-ruang publik masyarakat. “Saya ingin mengampanyekan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, menghidupkan kembali bahasa daerah, dan menumbuhkan kebanggaan terhadap jati diri linguistik kita,” ujarnya.
Sebagai putri asli Rokan Hulu, Amalia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga warisan budaya. “Daerah saya kaya akan budaya, sastra, dan tradisi Melayu. Saya ingin jadi penghubung antara masa lalu yang penuh nilai, dan masa depan yang serba digital,” katanya dengan penuh tekad.
Kepada generasi muda, Amalia berpesan agar selalu mencintai bahasa Indonesia dan tidak meninggalkan bahasa daerah. “Meski kita belajar bahasa asing, jangan sampai identitas kita luntur. Bahasa daerah adalah akar budaya yang harus kita rawat,” ucapnya.
Ucapan terima kasih juga ia sampaikan untuk keluarga, terutama sang ayah, serta para sahabat dan rekan finalis. “Saya tidak mungkin sampai di titik ini tanpa doa dan dukungan mereka,” tuturnya haru.
Amalia menitipkan harapan kepada para pemenang Duta Bahasa agar amanah yang diemban tak hanya dijalankan selama masa jabatan, tapi terus menjadi komitmen seumur hidup. “Dan untuk Balai Bahasa, saya harap terus menjadi tempat yang ramah, hangat, dan terbuka bagi generasi muda untuk berkembang dan berinovasi,” pungkasnya.
Kini, meski tak menyandang gelar utama, langkah Amalia sebagai duta literasi dan bahasa tak akan berhenti. Ia siap menyemai inspirasi di bumi Melayu, menjadikan bahasa sebagai alat pemersatu, pelestari budaya, dan jendela dunia.(ndi)