Petani Sawit Harus Tahu, Begini Caranya Hadapi Tantangan Kekeringan

Petani Sawit Harus Tahu, Begini Caranya Hadapi Tantangan Kekeringan
Kebun sawit. (Foto Ade)

Riau, BGNNEWS.CO.ID  - Musim kemarau menjadi tantangan bagi petani dalam mengelola kebun sawitnya. Untuk menghadapi tantangan tersebut, begini cara mengatasinya menurut Konsultan Perkebunan Kelapa Sawit asal Rokan Hilir, Penthiel Effendi.

Dijelaskannya, ada  lima strategi ampuh untuk mempertahankan produktivitas panen kelapa sawit di tengah ancaman musim kemarau. Strategi ini menjadi penting mengingat curah hujan yang turun di bawah 100 mm per bulan dapat memicu defisit air dan stres pada tanaman.

''Air memiliki peran vital bagi kelapa sawit, mulai dari mendukung pertumbuhan vegetatif, sebagai bahan baku fotosintesis, hingga transportasi unsur hara ke seluruh bagian tanaman,:' ungkap Effendi, Jumat (6/6/2025)

Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, musim kemarau dikategorikan berdasarkan Hari Tanpa Hujan (HTH) dengan klasifikasi pendek (0-10 hari), menengah (11-20 hari), panjang (21-30 hari), dan sangat panjang (lebih dari 30 hari).

Effendi merinci lima strategi yang harus diterapkan petani untuk mengoptimalkan produksi di musim kemarau:

Pertama, manajemen kualitas panen dengan fokus memanen buah matang yang memiliki minimal 1-5 butir brondolan per tandan buah segar (TBS). Rotasi panen dilakukan setiap 10 hari sekali atau minimal dua kali dalam sebulan.

Kedua, penerapan teknis panen yang tepat dengan menjaga jumlah pelepah optimal - 48-56 pelepah untuk tanaman muda dan 40-48 pelepah untuk tanaman tua. Pelepah hasil panen disusun berbentuk "U" untuk menambah tutupan tanah dan menjaga kelembaban.

Ketiga, pemupukan bahan organik menggunakan abu jangkos, jangkos, kotoran hewan, dan pupuk organik lainnya.

''Bahan organik akan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga kesuburan meningkat dan air serta unsur hara lebih tersedia,'' jelasnya.

Keempat, pemeliharaan melalui pengendalian gulma selektif yang memadukan teknik kimia, manual, dan mekanis. Prioritas diberikan untuk memberantas gulma kelas A seperti anak kayu, lalang, dan pakis udang, sambil menjaga tumbuhan bermanfaat seperti Nephrolepis.

Kelima, manajemen air (water management), yang disesuaikan dengan jenis lahan. Untuk tanah gambut, diperlukan sistem drainase lengkap dengan main drain, collection drain, dan field drain yang dilengkapi water gate. Sementara untuk tanah mineral datar dan berbukit, solusinya adalah pembuatan rorak dan embung.

''Implementasi kelima strategi ini diharapkan dapat membantu petani kelapa sawit mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas panen meski menghadapi tantangan musim kemarau yang semakin panjang dan tidak menentu ,'' ungkap Effendi. (Ade)

Berita Lainnya

Index