Penyakit BPB Ancaman Bagi Sektor Kelapa Sawit, Jangan Takut, Begini Cara Mengatasinya

Penyakit BPB Ancaman Bagi Sektor Kelapa Sawit, Jangan Takut, Begini Cara Mengatasinya
Perkebunan sawit. (foto istimewa)

JAKARTA, BGNNEWS.CO.ID - Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan Ganoderma boninense secara signifikan mengurangi produktivitas dan siklus hidup kelapa sawit sehingga akan menganggu ekspor minyak sawit Indonesia.

Menurut Praktisi P3PI, Henny Hendrarjanti, selama lebih dari delapan dekade penyakit BPB telah dianggap menjadi ancaman serius bagi sektor kelapa sawit. Di Indonesia penyakit ini menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sawit yang signifikan perha area, terutama disebabkan kematian tanaman yang mencapai lebih dari 50%. Kehilangan kelapa sawit hingga 30-40% pada 12 tahun setelah tanam dan diatas >50% pada 25 tahun setelah tanam di daerah yang terkena dampak.

Bila >10% tegakan hilang, penurunan hasil sebesar 0,16 ton TBS/ha per tambahan kematian sawit. Namun demikian, ada cara preventif mengendalikan ganoderma adalah penggunaan bahan tanam moderat toleran/parsial toleran, saat ini ada 6 produsen benih yang sudah memproduksi. Belum ada ketahanan vertikal terhadap BPB yang menghambat atau membatasi infeksi.

Sebaliknya ada resistensi horizontal dan parsial yang tidak membatasi infeksi tetapi mengurangi atau mengkompensasi kerusakan dan sebagai hasilnya kebugaran pokok sawit. Program pemuliaan telah menggunakan species E oleifera Amerika Selatan dan E guineensis Afrika sebagai sumber daya genetik.

Menurut Ike Virdiana dari Verdant Bioscience, PT Timbang Deli Indonesia , gejala umum penyakit Ganoderma adalah luar daun pucat, pelepah patah, tajuk tidak terbuka.

Akhirnya tanaman roboh dengan busuk pada bagian bonggol. Penyakit ini berkembang dari kebun ke kebun melalui spora dan dalam kebun dengan kontak akar. Kerugian akibat Ganoderma di salah satu kebun Sumatera Utara dapat mencapai 87% dari SPH 119 tinggal 35 pokok/ha pada kebun dengan serangan terparah.

Dikatakannya, Ganoderma harus dikendalikan secara terpadu. Hal ini wajib dilakukan terutama pada kebun yang akan memasuki masa peremajaan, sehingga generasi selanjutnya serangan Ganoderma bisa berkurang. (jdi/mediaperkebunan)

 

 

Berita Lainnya

Index