Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID – Janjangan kosong (jangkos) kelapa sawit kini semakin banyak dimanfaatkan petani sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Limbah padat dari pabrik kelapa sawit ini memang kaya akan unsur hara, terutama kalium (K), yang sangat dibutuhkan tanaman sawit.
Namun, pemupukan jangkos tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika penerapannya keliru, bukan manfaat yang didapat, melainkan kerugian bagi petani.
Menurut Agronom Universitas Islam Riau (UIR), Yusuf SP, bahwa cara pemupukan jangkos yang tepat adalah dengan menyebarkannya merata di sekitar piringan sawit atau ditumpuk melingkar pada jarak 1–2 meter dari batang sawit.
''Posisi ini dipilih agar akar muda bisa menyerap unsur hara yang dilepaskan jangkos saat terurai,'' ujar Yusuf pada BGNNEWS.CO.ID, Kamis (11/9/2025).
Selain itu, jangkos sebaiknya diberikan dalam kondisi sudah agak kering atau setengah lapuk, sehingga proses dekomposisinya lebih cepat dan tidak mengundang hama seperti kumbang tanduk.
''Kalau aplikasinya benar, jangkos bisa menekan biaya pupuk kimia, memperbaiki struktur tanah, menjaga kelembaban, sekaligus meningkatkan produksi sawit,” jelas Yusuf.
Namun, bila pemupukan dilakukan asal-asalan, misalnya dengan menumpuk jangkos terlalu dekat dengan batang, justru akan memicu masalah. Batang sawit bisa menjadi lembab berlebihan sehingga rentan terserang jamur atau busuk pangkal batang.
Yusuf menambahkan, jika penumpukan berlebihan tanpa penyebaran yang merata akan membuat gulma cepat tumbuh di sekitar pohon sawit. Tidak hanya itu, jika jangkos tidak ditata rapi, perkebunan bisa menjadi sarang hama seperti tikus atau ular.
''Petani sebaiknya lebih bijak dalam mengelola limbah jangkos. Pemanfaatannya memang sangat membantu, tetapi teknik aplikasinya harus diperhatikan agar benar-benar memberikan keuntungan, bukan kerugian,'' ungkapnya. (Ade)