Penutupan Jalan untuk Kenduri Riau Disorot, Mardianto: Jalan Bukan Tempat Pesta

Penutupan Jalan untuk Kenduri Riau Disorot, Mardianto: Jalan Bukan Tempat Pesta
Mardianto Manan.

Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID - Penutupan Jalan Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru untuk pelaksanaan Festival Kenduri Riau bertajuk "Pekan Budaya Melayu Serumpun" dalam rangka Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau yang berlangsung mulai 7 hingga 10 Agustus 2025 menuai kritik tajam dari kalangan akademisi.

Salah satunya datang dari Dr. Mardianto Manan, Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR) sekaligus pengamat permasalahan perkotaan.

Dalam wawancara bersama BGNNEWS.CO.ID pada Selasa (5/8/2025), Dr. Mardianto menilai pemerintah kurang melakukan kajian yang matang sebelum menutup ruas jalan yang vital bagi mobilitas warga.

 “Sebelum melakukan penutupan jalan, harus ada kajian yang mendalam dan komprehensif. Dampaknya terhadap kendaraan, warga sekitar, dan aktivitas lalu lintas harus dipertimbangkan. Harus dihitung untung-ruginya,” ujarnya.

Dr. Mardianto juga secara pribadi menolak penggunaan jalan umum sebagai lokasi kegiatan, meskipun tersedia jalan alternatif. Ia menilai, pengalihan arus justru menambah beban perjalanan masyarakat.

“Walaupun ada jalan alternatif, itu hanya menambah rumit. Membuat perjalanan lebih jauh, memakan waktu, dan membuat orang berpikir ulang. Jalan itu sudah bagian dari rutinitas warga,” tegasnya.

Lebih jauh, ia juga menyoroti minimnya sosialisasi kepada masyarakat. Penutupan jalan yang terkesan mendadak dinilainya sebagai bentuk pengabaian terhadap hak publik atas informasi.

“Tidak semua orang tahu atau mengikuti informasi. Kalau tiba-tiba jalan ditutup, bagaimana nasib masyarakat yang tidak terbiasa keluar rumah atau tidak aktif mengikuti media?”

Dr. Mardianto mempertanyakan urgensi penggunaan jalan sebagai lokasi acara. Menurutnya, hal itu mencerminkan krisis ruang publik di Pekanbaru.

“Apakah sedarurat itu? Apakah Pekanbaru tidak punya ruang-ruang publik untuk acara besar seperti ini? Ada banyak alternatif selain jalan seperti lapangan terbuka, halaman Masjid Agung An-Nur yang luas, bahkan Riau Creative Hub (RCH) di Jalan Arifin Ahmad selagi semua lokasi tersebut bisa tertata dan teratur.” terang Dr. Mardianto 

Ia menganalogikan penutupan jalan seperti memutus aliran sungai yang akan menyebabkan limpahan dan kemacetan di hulu.

 “Jika aliran jalan diputus, dampaknya seperti aliran sungai yang tersumbat. Kemacetan akan meluas dan masyarakat yang dirugikan.” sebutnya.

Sebagai penutup, ia menekankan pentingnya melakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Analisis Dampak Lalu Lintas (AMDALALIN) secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan menutup jalan untuk kegiatan apapun.

 “Jangan karena euforia ulang tahun, jalan dipakai untuk pesta. Jalan itu untuk kendaraan, bukan untuk keramaian. Berat kajiannya? Ya memang berat, maka jangan tutup kalau tidak siap,” pungkasnya.

Festival Kenduri Riau yang digelar untuk memeriahkan HUT Riau ke-68 seharusnya menjadi ajang suka cita. 

Namun jika penyelenggaraannya justru menimbulkan keresahan dan keluhan masyarakat, pemerintah perlu mengevaluasi kembali kebijakan tata kelola ruang publik di ibu kota Provinsi Riau ini. (ade)

Berita Lainnya

Index