Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID - Deretan bonsai terbaik dari berbagai daerah memadati arena pameran bonsai nasional di Pekanbaru. Namun, satu tanaman langsung mencuri perhatian pengunjung sejak hari pertama. Bukan hanya karena keindahan bentuknya, melainkan juga karena kisaran harga yang membuat banyak orang terdiam sejenak.
Bonsai tersebut adalah jenis Sancang dengan nama latin Premna microphylla, milik Pakde Sugeng, pegiat bonsai asal Kabupaten Siak. Di antara ratusan karya yang dipamerkan, bonsai ini disebut-sebut sebagai Pemeran Utama yang paling prestisius di ajang tersebut.
Pakde Sugeng mengungkapkan, bonsai Sancang miliknya sudah ditawari dengan setara satu unit mobil Avanza. Tawaran itu datang dari kolektor yang memahami nilai artistik, usia, serta proses panjang di balik terbentuknya sebuah bonsai berkualitas tinggi.
"Sancang ini belum mau saya lepas. Kalau hanya Rp.200-an juta, masih belum masuk harganya," ucapnya dengan wajah sumringah di Lapangan Purna MTQ Pekanbaru, Minggu (14/12/2025).
Dijelaskan, bonsai sancang ini memiliki tinggi sekitar 68cm (sentimeter) dan masuk dalam kategori utama pameran. Dalam penilaian dewan juri, karya tersebut mendapatkan predikat Baik Sekali serta berhasil menembus jajaran Best Ten pada pameran nasional Pesona Bonsai Homeland of Melayu II yang digelar di Pekanbaru.
"Kita bisa lihat, bentuknya saja indah dan unik. Udah dapat berbagai penghargaan juga, tunggu beberapa tahun lagi hasilnya pasti makin cantik, harga jual semakin lebih tinggi," jelasnya.
Dari sisi gaya, bonsai ini mengusung bentuk tegak meliuk atau dikenal dengan gaya Moyogi. Gaya ini merupakan salah satu aliran klasik dalam dunia bonsai yang meniru karakter pohon alami di alam bebas.
Berbeda dengan gaya formal yang lurus dan simetris, Moyogi menampilkan lekukan batang yang dinamis. Pada bonsai milik Pakde Sugeng, liukan batang tampak mengalir alami dari pangkal hingga ke puncak, memperlihatkan kesan hidup dan penuh cerita.
"Harga itu relatif, ya tergantung para kolektor menghargai proses saja. Apalagi ini mirip dengan bentuk aslinya yang di hutan, bagi pencinta bonsai pasti tenang melihat ini," ungkapnya.
Batang utamanya terlihat tebal dan kokoh, menjadi indikator usia dan kematangan tanaman. Tekstur kulit batang yang sudah matang memperkuat kesan tua. Keunggulan lain terletak pada sistem perakarannya. Akar-akar bonsai Sancang ini menyebar luas di permukaan media tanam dan mencengkeram kuat, menciptakan kesan stabil serta memperlihatkan karakter pohon tua yang telah mapan.
Akar permukaan atau nebari yang kuat ini menjadi salah satu aspek penting dalam penilaian harga jual bonsai. Menurut Pakde Sugeng keseimbangan antara batang dan akar menunjukkan tingkat kematangan teknik yang tinggi dari sang perawat bonsai.
"Ditambah lagi kanopi bonsai tampak rimbun dengan susunan daun yang rapat namun tetap proporsional. Bentuk tajuknya cenderung membulat dan menyebar luas, memberikan siluet yang enak dipandang dari berbagai sudut," lanjutnya.
Diterangkan, cabang-cabang tersusun mengikuti lengkungan, namun tetap terjaga keseimbangannya. Secara keseluruhan, bentuk bonsai Sancang ini mencerminkan kematangan yang jarang ditemukan. Tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat dengan nilai kesabaran, konsistensi, dan ketelatenan dalam perawatan jangka panjang.
"Inilah yang membuat bonsai saya tidak terlihat kaku. Tampak hidup dan natural, sesuai dengan filosofi dasar seni bonsai," terangnya.
Pakde Sugeng menyebut, bonsai jenis Sancang memiliki daya tahan dan kemampuan regenerasi yang luar biasa. Dengan perawatan yang tepat, bonsai ini dapat bertahan dan terus berkembang hingga puluhan tahun, bahkan diwariskan lintas generasi.
"Nilai inilah yang membuat saya belum mau melepasnya. Karena harga bonsai berkualitas tinggi bisa melambung ratusan juta bahkan miliyaran rupiah. Bagi kolektor, harga tersebut sebanding dengan nilai seni, usia, serta cerita panjang yang menyatu dalam satu karya hidup," tuturnya sembari menujuk sancang.
Lebih lanjut, ia tegaskan sancang dengan harga ini menjadi simbol bahwa pameran bonsai di Pekanbaru tidak hanya menjadi ajang adu estetika. Tetapi juga panggung pembuktian bahwa bonsai lokal mampu bersaing di tingkat nasional, baik dari segi kualitas maupun nilai ekonomi.
"Pameran ini hanya beberapa saja yang saya bawa, ada berbagai bonsai lagi yang saya miliki. Untuk rekan-rekan yang ingin melihat lebih banyak, bisa langsung datang ke rumah saya di Dusun Bina Karya, Keranji Guguh Kecamatan Koto Gasib Siak," pungkasnya. (jdi/mdcr)