Padang, BGNNEWS CO.ID - Keberhasilan industri sawit harus diiringi dengan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Hal ini dikatakan Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup, Nur Adi Wardoyo dalam Seminar Nasional bertajuk Pengelolaan Industri Sawit Secara Berkelanjutan yang digelar Universitas Andalas (Unand) melalui Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) kemarin.
Ia mencatat bahwa ekspor lemak dan minyak nabati, termasuk sawit, mencapai 14,43 miliar USD. Namun demikian, ia menekankan bahwa manfaat ekonomi ini diiringi tantangan besar, terutama dampak lingkungan dan sosial.
''Perluasan lahan sawit sering menyebabkan deforestasi dan merusak keanekaragaman hayati. Praktik pembukaan lahan dengan pembakaran, limbah industri, serta sengketa lahan dengan masyarakat lokal juga menjadi isu yang harus diselesaikan melalui pendekatan berkelanjutan,'' katanya lagi.
Nur Adi Wardoyo menekankan, pentingnya penerapan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), pelestarian hutan, pengelolaan limbah, dan kehutanan sosial sebagai bagian dari solusi. Ia juga menegaskan pentingnya peran pendidikan tinggi sebagai garda terdepan dalam menciptakan pusat inovasi dan edukasi keberlanjutan di Indonesia.
Sementara Prof Apt Henny Lucida,l PhD, perwakilan Rektor Unand menyampaikan, sinergi antara akademisi dan praktisi sangat diperlukan untuk mencari solusi inovatif, termasuk pemanfaatan limbah industri sawit sebagai sumber energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar fosil.
'Pemanfaatan limbah industri sawit sebagai energi terbarukan bukan hanya akan mengurangi jejak karbon, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi industri sawit.
''Kami berharap limbah industri sawit bisa diolah menjadi sumber energi terbarukan yang menggantikan bahan fosil untuk kebutuhan industri. Seminar ini diharapkan memberikan pencerahan dan membawa manfaat tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia, karena isu keberlanjutan lingkungan adalah perhatian bersama,'' ungkapnya.
Dengan berbekal kajian ilmiah dan pengalaman praktis, para akademisi diharapkan dapat memberikan masukan konstruktif guna menciptakan solusi yang adaptif dan inovatif bagi keberlanjutan industri sawit nasional. (jdi/unand)