Mamuju, BGNNEWS.CO.ID - Meski tensi geopolitik dan kebijakan tarif AS masih menjadi faktor penekan, namun pertumbuhan ekonomi global Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) pada 2025 diperkirakan bertahan di angka 2,8%. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2025 tercatat sebesar 4,87% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.
Demikian pemaparan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), Eka Putra Budi Nugroho, terkait kondisi dan prospek perekonomian global, nasional, serta regional Sulbar dalam Retret Pemprov Sulbar.
Eka menyoroti lima pokok utama: perkembangan ekonomi global dan nasional, kondisi ekonomi serta inflasi Sulbar, stabilitas sistem keuangan daerah, potensi sektor unggulan Sulawesi Barat, serta upaya Bank Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
Eka menjelaskan, bahwa meskipun ketidakpastian ekonomi global mulai mereda. ''Namun nilai tukar rupiah menunjukkan tren penguatan, sementara kredit perbankan tetap tumbuh solid sebesar 8,88% (yoy) per April 2025. Transaksi ekonomi dan keuangan digital pun terus meningkat, menandakan kestabilan sistem pembayaran nasional,'' jelas Eka dalam rilis Humas Pemprov Sulbar dikutip Jumat (25/7/2025).
Dijelaskan, Sulawesi Barat mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,83% (yoy) pada triwulan I 2025, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,65%) dan di bawah rata-rata nasional. Kinerja sistem keuangan daerah pun menunjukkan tren moderat.
Pertumbuhan kredit hanya mencapai 4,42%, melambat dibandingkan periode sebelumnya. Namun demikian, risiko kredit (LAR) menunjukkan perbaikan, sementara rasio LDR yang tinggi (190–200%) mengindikasikan dominasi sumber kredit dari luar daerah.
Struktur ekonomi Sulbar masih ditopang oleh sektor pertanian (39,21%) dan industri pengolahan (10,78%), dengan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) sebagai komoditas utama. CPO juga mendominasi ekspor Sulbar dengan kontribusi 92,32% dari total ekspor 2024.
Adapun daerah penghasil sawit utama di Sulbar adalah Kabupaten Mamuju, Mamuju Tengah, dan Pasang Kayu. Selain perkebunan besar swasta, sawit juga diusahakan oleh masyarakat setempat maupun transmigran.
''Potensi komoditas unggulan lainnya seperti kakao dan kopi juga sangat besar, terutama karena hampir seluruh produksinya berasal dari perkebunan rakyat, yang juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah signifikan,'' ujarnya. (jdi/elis)