Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID - Industri kelapa sawit Indonesia ternyata tidak hanya berperan sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
''Perkebunan sawit yang tersebar di 26 provinsi dan lebih dari 200 kabupaten telah menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, dan mengurangi kemiskinan,'' ujar Siti Nurfadillah, STP, ahli pangan dari Universitas Diponegoro (Undip) kepada BGNNEWS.CO.ID, Sabtu (19/7/2025).
Menurutnya, dampak ekonomi ini terbagi dua yakni langsung berupa peningkatan pendapatan petani, dan tidak langsung melalui efek domino pada sektor lain seperti industri makanan dan lembaga keuangan.
''Peningkatan pendapatan ini memampukan masyarakat membeli bahan pangan berkualitas,'' tambahnya.
Nurfadillah menjelaskan, minyak sawit merupakan minyak nabati termurah di dunia karena produktivitasnya jauh lebih tinggi dibanding jenis lainnya.
''Ini menjadi solusi tepat bagi negara berkembang untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dengan biaya terjangkau,'' katanya.
Bertentangan dengan kampanye negatif yang sering menyerang, berbagai penelitian justru membuktikan minyak sawit kaya gizi. Data menunjukkan kandungan vitamin A minyak sawit lebih tinggi dibanding jeruk, wortel, atau pisang.
''Minyak sawit juga kaya beta karoten sebagai antioksidan alami,'' ungkap Nurfadillah.
Untuk vitamin E, minyak sawit unggul dengan kandungan 1.172 ppm, mengalahkan minyak kedelai (958 ppm) dan minyak biji bunga matahari (546 ppm).
"Vitamin E tidak bisa diproduksi tubuh, jadi harus diperoleh dari makanan. Manfaatnya sebagai antioksidan, anti-penuaan, menjaga kesehatan kulit, kesuburan, mencegah kanker, dan meningkatkan imunitas," pungkasnya.
Dengan demikian, industri sawit Indonesia terbukti memberikan kontribusi ganda yaitu mendorong perekonomian sekaligus menyediakan produk pangan bergizi tinggi bagi masyarakat dunia. (Ade)