NTT, BGNNEWS.CO.ID - Arah pembangunan Nusa Tenggara Timur (NTT) lima tahun ke depan berpihak pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Fokus utama diarahkan pada pemanfaatan sumber daya alam (SDA) non-tambang, sejalan dengan tantangan perubahan iklim yang menjadi perhatian nasional.
Demikian ditegaskan Gubernur NTT, Melki Laka Lena, saat membuka Workshop “Mendorong Kebijakan Adaptasi Perubahan Iklim yang Berkeadilan” yang diselenggarakan oleh Voices for Just Climate Action (VCA) di Kupang, kemarin.
Menurutnya, berbagai potensi SDA non-tambang seperti pertanian, perikanan, kehutanan, dan energi terbarukan perlu dimaksimalkan secara berkelanjutan, tanpa merusak alam.
Ia menambahkan bahwa pendekatan pembangunan NTT harus berbasis pada kondisi nyata di lapangan. Dari hasil kunjungan ke sejumlah daerah di NTT, ditemukan bahwa keterbatasan air menjadi hambatan besar dalam mendukung swasembada pangan. Oleh sebab itu, pemerintah provinsi mendorong pembangunan dan optimalisasi bendungan, embung, serta pemanfaatan teknologi angkat air untuk mengairi lahan pertanian di dataran tinggi.
''Upaya penghijauan dan penguatan daerah tangkapan air hujan juga menjadi prioritas. Ini tidak hanya mendukung pertanian, tapi juga mengurangi risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan,” ungkapnya.
Sebagai bentuk keseriusan, saat ini Pemprov NTT tengah menyusun dokumen Rencana Aksi Daerah. Adaptasi Perubahan Iklim (RAD API) 2025–2045 sebagai panduan teknis dan strategis dalam menghadapi perubahan iklim secara inklusif dan berkeadilan.
Gubernur Melki berharap kegiatan ini dapat menghasilkan rekomendasi konkret untuk memperkuat ketahanan iklim berbasis komunitas serta mendorong lahirnya kebijakan yang responsif terhadap perubahan iklim.
Dengan strategi yang mengedepankan optimalisasi SDA non-tambang dan pelestarian lingkungan, NTT diarahkan menjadi provinsi tangguh iklim dan mandiri secara ekonomi. (jdi/pikiranrakyat)