Pemerintah Didorong Hilirisasi Sawit Petani Swadaya

Pemerintah Didorong Hilirisasi Sawit Petani Swadaya
Minyakita salah satu prosuk hilirisasi industri sawit. (Foto istimewa)

JAKARTA, BGNNEWS.CO.ID - Pemerintah diminta untuk segera memanfaatkan waktu untuk melakukan negosiasi tarif yang menguntungkan agar sektor kelapa sawit nasional, khususnya petani swadaya, tidak semakin tertekan.

Hal ini dikatakan Ketua Yayasan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (FORTASBI), Sutiyana menanggapi soal penundaan selama 90 hari oleh Pemerintah Amerika Serikat terhadap penerapan tarif resiprokal.

''Ini seharusnya menjadi peluang emas bagi Indonesia. Dalam jangka pendek, fokus utama pemerintah harus pada penyelamatan harga tandan buah segar (TBS) petani sawit swadaya. Namun, untuk jangka panjang, yang lebih penting adalah membangun kekuatan hilirisasi sawit di tingkat petani,'' katanya, Sabtu (26/4/2025)

Hilirisasi di tingkat petani menjadi solusi konkret agar petani tidak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah, tetapi juga mampu menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Hal ini penting untuk menjaga daya saing, kesejahteraan petani, dan ketahanan ekonomi desa dalam menghadapi gejolak global.

Sutiyana juga menyoroti belum adanya kebijakan nyata dari pemerintah yang benar-benar memberikan ruang dan fasilitas kepada petani swadaya untuk masuk ke sektor hilir. Ia menilai, perang dagang dan kenaikan tarif seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai titik balik kebijakan nasional.

''Pemerintah bisa memberikan insentif, kemudahan pajak dan non-pajak, bahkan mempercepat perizinan serta deregulasi aturan agar petani berani memulai,'' jelasnya.

Berbagai akses pendanaan juga bisa digerakkan untuk mendukung hilirisasi, seperti Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit, dana hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), hingga dana bergulir dari LPDB-KUMKM dan Lembaga Keuangan Mikro. Kredit perbankan berbunga rendah pun bisa diarahkan kepada koperasi tani atau kelompok tani sawit yang dikelola secara profesional.

Sutiyana menggarisbawahi bahwa kelompok tani sawit selama ini sudah terbukti sebagai penggerak utama ekonomi desa. ''Mereka bukan hanya siap, tapi sangat mampu jika diberi kepercayaan dan dukungan. Saatnya petani naik kelas, tidak sekadar menjual TBS,'' katanya.

''Waktu 90 hari ini sangat menentukan arah masa depan sawit kita, terutama nasib petani swadaya. Jangan disia-siakan,'' sambungnya. (jdi/infosawit)

Berita Lainnya

Index