Pemerintah Tetapkan HPP GKP Rp 6.500, Alkahfi: Di Rohil Paling Tinggi Masih Rp 5.800

Pemerintah Tetapkan HPP GKP Rp 6.500, Alkahfi: Di Rohil Paling Tinggi Masih Rp 5.800
Ketua KTNA Rohil, Alkahfi Sutikno M.Pd (kiri), saat menerima kunjungan Sekretaris DPW Perkumpulan Jangkar Merah Putih Provinsi Riau, Altober Siregar (kanan) di sekretariatnya, Taman Edukasi Pertanian Batu 6 Bagansiapiapi, Selasa (18/2/2025).

BAGANSIAPIAPI, BGNNEWS.CO.ID - Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) sudah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 6.500 per kilogram (kg).

Harga ini sebagaimana tertuang dalam Keputusan Kepala Bapanas Nomor 14 Tahun 2025 yang menggantikan keputusan sebelumnya. 

Kebijakan ini pun mendapat respon positif Ketua KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) Rokan Hilir, Alkahfi Sutikno, M.Pd.

Ia berharap HPP GKP sebesar Rp 6.500 tersebut benar-benar bisa diterapkan di tingkat petani sebagaimana mestinya.

"Kalau harga tersebut (Rp 6.500) benar-benar bisa berlaku di tingkat petani, tentu sangat menyenangkan," ujar Alkahfi saat menerima kunjungan silaturrahmi pengurus Perkumpulan Jangkar Merah Putih Provinsi Riau di sekretariatnya,  Taman Edukasi Pertanian Batu 6 Bagansiapiapi, Selasa (18/2/2025).

Alkahfi juga mengatakan, di Rokan Hilir saat ini memang sudah masuk masa panen. Namun fakta di lapangan, harga tertinggi yang diterima petani baru sampai di angka Rp 5.800 per kg.

"Kita sudah berkomunikasi dengan berbagai pihak, termasuk juga dengan bulog. Namun hingga kini harga tertinggi yang kita dapatkan hanya Rp 5.800. Jadi ini perlu mendapat perhatian," katanya.

Untuk itu ia berharap HPP GKP di tingkat petani yang sudah ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kg, perlu mendapatkan pengawalan pemerintah, agar benar-benar bisa terealisasi.

"Kalau sekarang kita masih merasa pesimis dengan harga tersebut bisa dilaksanakan, kalau tak ada pengawalan yang jelas dari pemangku kepentingan," tambahnya. 

Tapi diakuinya, kalau harga tersebut bisa diterapkan dengan baik, maka petani sangat terbantu. "Tentu petani sangat diuntungkan, dan senang sekali," katanya.

Ditanya berapa luasan persawahan di Rohil, Alkahfi mengatakan luas Lahan Baku Sawah (LBS) Rohil sekitar 13.500 ha yang tersebar di sejumlah kecamatan.

Namun, dari luasan tersebut, tidak semuanya produktif dengan hasil panen yang maksimal. Hal ini disebabkan banyak faktor, termasuk dukungan irigasi yang belum optimal, karena mayoritas masih mengandalkan tadah hujan.

"Memang ada beberapa tempat hasil panennya cukup bagus, seperti di Mukti Jaya (Rimba Melintang), bisa mencapai 6-8 ton perhektare. Namun daerah lainnya masih relatif rendah, rata-rata 4 ton per hektare," katanya..

Alkahfi menambahkan, melihat potensi panen yang cukup bagus di Mukti Jaya, ia optimis bisa dikembangkan dengan baik di daerah lain, kalau memang mendapat dukungan penuh pemerintah.

"Kita jadikan Mukti Jaya Pilot Projek Pertanian Padi Rohil. Selanjutnya Insya Allah akan bisa kita kembangkan daerah lainnya, tak hanya di Rohil, tapi juga nasional," harapnya. (ksi)

Berita Lainnya

Index