PEKANBARU, BGNNEWS CO.ID - Dibalik kesuksesan perkebunan kelapa sawit dan besarnya produksi minyak sawit nasional ternyata terdapat peran vital makhluk mungil yang kerap luput dari perhatian yaitu kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus. Serangga kecil berukuran 3-4 milimeter ini menjadi kunci utama produktivitas kelapa sawit di Indonesia.
Menurut catatan sejarah dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, introduksi kumbang ini ke Indonesia terjadi pada tahun 1983 melalui kerjasama dengan MARDI (Malaysian Agricultural Research and Development Institute). Kumbang E. kamerunicus diimpor dari Kamerun, Afrika Barat, habitat asli kelapa sawit.
Dikutip dari penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menunjukkan bahwa sejak introduksi tersebut, terjadi peningkatan fruit set (pembentukan buah) dari 20% menjadi 50%. Hal ini berdampak pada peningkatan produktivitas kelapa sawit hingga 20-30%.
Selain itu, mekanisme penyerbukan yang dilakukan kumbang E. kamerunicus sangat unik dan efisien. Kumbang jantan dan betina tertarik pada aroma bunga jantan kelapa sawit yang mekar. Saat mengunjungi bunga jantan untuk mencari makan dan berkembang biak, tubuh kumbang secara alami akan terbalut serbuk sari. Kemudian, aroma bunga betina yang mirip dengan bunga jantan akan menarik kumbang untuk mengunjunginya, sehingga terjadi proses penyerbukan.
Efektivitas kumbang ini dalam penyerbukan kelapa sawit sangat tinggi. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan hingga 70 juta butir serbuk sari dan menjadi habitat bagi ribuan kumbang penyerbuk. Dalam satu hari, seekor kumbang dapat mengunjungi 3-4 bunga betina, menghasilkan tingkat keberhasilan penyerbukan yang jauh lebih tinggi dibandingkan penyerbukan manual.
Sebelum kehadiran E. kamerunicus, penyerbukan kelapa sawit di Indonesia dilakukan secara manual oleh manusia, yang membutuhkan tenaga kerja besar dan biaya tinggi. Proses ini juga kurang efisien dengan tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Kini, berkat kehadiran kumbang penyerbuk, industri sawit dapat menghemat biaya operasional secara signifikan.
Namun, populasi kumbang penyerbuk ini dapat terancam oleh berbagai faktor. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana, perubahan iklim, dan praktik budidaya yang tidak tepat dapat mengganggu habitat dan siklus hidup kumbang. Penurunan populasi kumbang penyerbuk secara langsung akan berdampak pada produktivitas kelapa sawit.
Para peneliti dan praktisi perkebunan telah mengembangkan berbagai metode untuk menjaga keberlangsungan populasi E. kamerunicus. Hal ini mencakup pengaturan pola tanam yang memastikan ketersediaan bunga jantan sepanjang tahun, pembatasan penggunaan pestisida, dan monitoring rutin populasi kumbang.
Beberapa perkebunan besar bahkan memiliki laboratorium khusus untuk pengembangbiakan kumbang penyerbuk. Program ini bertujuan memastikan ketersediaan kumbang yang cukup, terutama pada masa peremajaan kebun atau pembukaan areal baru.
Peran vital kumbang E. kamerunicus dalam industri sawit juga menjadi contoh sempurna simbiosis dalam ekosistem pertanian. Hubungan yang saling menguntungkan antara serangga dan tanaman ini menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dalam sistem produksi pangan.
Ke depan, penelitian tentang kumbang penyerbuk terus dikembangkan untuk mengoptimalkan perannya dalam industri sawit. Fokus utama adalah meningkatkan populasi dan efektivitas penyerbukan, sambil memastikan keberlanjutan ekosistem perkebunan kelapa sawit. (ade/bgn)