Eksplorasi dan Introduksi Serangga Penyerbuk dari Afrika untuk Tingkatkan Produktivitas Sawit Nasional

Rabu, 11 Juni 2025 | 07:11:54 WIB
Kunjungan delegasi Tanzania terkait kegiatan eksplorasi serangga penyerbuk dan plasma nutfah di Tanzania. (Foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS CO.ID - Sektor sawit Indonesia memasuki babak baru yang menjanjikan dengan eksplorasi dan introduksi serangga penyerbuk baru dari Tanzania, Afrika. Upaya ini dinilai sebagai tonggak penting menuju revolusi ketiga dalam sejarah produktivitas sawit nasional.

''Industri sawit Indonesia telah mengalami dua revolusi besar sejak dimulai dengan pohon-pohon Dura dari Kebun Raya Bogor. Revolusi pertama terjadi saat ditemukannya pohon Psifera sebagai tetua jantan. Persilangan antara Dura dan Psifera menghasilkan varietas Tenera yang kini menjadi andalan kebun-kebun sawit komersial. Ini membuat lonjakan drastis dalam kadar minyak atau Oil Extraction Rate (OER) dari hanya 16–18 persen menjadi 24–25 persen,'' kata Komite Litbang Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Dr Tony Liwang.

Revolusi kedua datang dengan kehadiran serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus yang diintroduksi dari Afrika. Sejak itu, proses penyerbukan sawit menjadi jauh lebih efisien. Bunga betina yang sebelumnya bergantung pada angin atau intervensi manusia, kini bisa diserbuki secara alami, sehingga meningkatkan fruit set dan produksi tandan buah segar.

Kini, Indonesia tengah menjalankan langkah besar ketiga dengan mengeksplorasi dan mengintroduksi serangga penyerbuk baru dari Tanzania, yakni Elaeidobius subvittatus dan Elaeidobius plagiatus. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dari E. kamerunicus, dan diharapkan dapat memperkuat keanekaragaman hayati polinator sawit di Indonesia.

E. subvittatus  berukuran kecil dan memiliki rambut tubuh yang cukup banyak, diyakini mampu menjangkau bagian terdalam bunga sawit. Sedangkan E. plagiatus berukuran lebih besar namun tetap efektif dalam membawa serbuk sari. Keduanya dianggap dapat melengkapi peran E. kamerunicus yang saat ini menjadi satu-satunya polinator utama di perkebunan sawit Indonesia.

''Dengan hadirnya spesies serangga baru ini, kami berharap keragaman serangga penyerbuk akan bertambah. Harapannya tentu untuk meningkatkan efisiensi penyerbukan dan pada akhirnya mendorong produktivitas nasional,'' kata Dr. Tony.

Penelitian introduksi serangga penyerbuk ini merupakan kolaborasi besar yang melibatkan BPDP, GAPKI, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), PIPPSI, Perhimpunan Entomologi Indonesia, serta Badan Karantina Indonesia. Didanai oleh BPDPKS, introduksi ini diharapkan menjadi solusi atas permasalahan rendahnya fruit set yang berdampak pada rendahnya produktivitas dan rendemen minyak kelapa sawit di dalam negeri.

Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi dengan Tanzania Agriculture Research Institute (TARI). Delegasi Indonesia melakukan kunjungan lapangan pertama ke Tanzania pada 27 Oktober hingga 5 November 2024. Dari kunjungan tersebut, telah ditandatangani Material Transfer Agreement (MTA) pada 11 Desember 2024 antara Direktur Jenderal TARI dan Ketua GAPKI sebagai bentuk kesepakatan resmi kerja sama riset lintas negara.

Setelah mendapat izin impor dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, pengujian awal dilakukan di Insektarium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marindal, dengan pengawasan ketat dari Badan Karantina Indonesia guna memastikan keamanan hayati introduksi serangga.

Bersamaan dengan eksplorasi serangga, Indonesia juga melakukan eksplorasi plasma nutfah baru dari Tanzania berupa Dura, Psifera, dan Tenera. Keberagaman genetik ini menjadi langkah strategis dalam menghadapi tantangan budidaya jangka panjang, termasuk serangan penyakit seperti Ganoderma dan Fusarium, serta stres abiotik seperti kekeringan.

Dr. Tony menekankan bahwa BPDP tidak hanya mendukung riset ini dari sisi pendanaan, tetapi juga melihatnya sebagai investasi jangka menengah dan panjang yang sangat strategis.

''Dengan beragamnya plasma nutfah tersebut dan bertambahnya biodiversitas serangga tersebut diharapkan bahwa akan menambah produktivitas sawit nasional. Oleh sebab itu BPDP sangat mendukung dan menunjang program riset ini, bukan hanya sekedar riset saja tetapi juga yang sangat bermanfaat bagi jangka menengah maupun panjang. Itulah sebabnya BPDP sangat menghargai inisiatif yang sangat luar biasa yang telah dilakukan oleh perusahaan – perusahaan dan juga para periset yang ada di Indonesia,'' ujarnya.

Ia menambahkan, eksplorasi ke negara-negara lain akan terus dilakukan untuk memperkaya biodiversitas sawit nasional, memastikan bahwa industri ini tetap tangguh dan berkelanjutan di masa depan. (jdi/mdp)

 

 

Terkini