Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Dua perusahaan raksasa asal Korea Selatan, POSCO International dan GS Caltex resmi menggelontorkan investasi jumbo senilai USD 1 miliar atau sekitar Rp16,7 triliun untuk memperkuat bisnis minyak sawit di Indonesia.
Langkah besar ini sudah diumumkan Kamis (20/11/2025), di tengah persaingan global memperebutkan komoditas sawit yang makin dibutuhkan untuk industri pangan dan bahan bakar nabati (biofuel). Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia tentu jadi incaran utama, dan Korea Selatan terlihat tak mau ketinggalan.
Investasi ini terbagi ke dua proyek strategis yaitu, pembangunan pabrik penyulingan minyak sawit baru lewat usaha patungan bernilai USD 210 juta.
Kedua adalah akuisisi besar-besaran perkebunan sawit di Indonesia oleh POSCO International senilai USD 862 juta.
Keduanya sama-sama bertujuan mengamankan pasokan jangka panjang sekaligus memperkuat posisi Korea di tengah dorongan global menekan emisi karbon dan beralih ke energi hijau.
Pabrik baru tersebut berlokasi di Kalimantan Timur, beroperasi di bawah bendera AGPA Refinery Complex, perusahaan patungan dengan porsi kepemilikan 60% POSCO International dan 40% GS Caltex.
Pabrik penyulingan ini punya kapasitas produksi 500 ribu ton per tahun, jumlah yang setara dengan sekitar 80 persen dari total impor minyak sawit olahan Korea Selatan. Kapasitas sebesar itu langsung membuat proyek ini jadi sorotan, karena praktis akan menjadi tulang punggung suplai sawit olahan bagi kebutuhan industri di Korea.
Dalam kerja sama ini, POSCO International akan memasok minyak sawit mentah langsung dari kebun sawit yang mereka kelola di Indonesia. Bahan baku tersebut kemudian diolah oleh GS Caltex menggunakan teknologi pemurnian yang mereka kembangkan sendiri, sehingga menghasilkan produk dengan standar yang bisa dipasarkan lintas negara.
Setelah melalui proses penyulingan, produk akhirnya tidak hanya dijual di Indonesia, tetapi juga dikirim ke Korea dan China. Sebagian besar hasil olahan tersebut akan dialokasikan untuk kebutuhan biodiesel, mengingat permintaan global terhadap bahan bakar rendah emisi terus meningkat.
Sementara itu, sebagian lainnya masuk ke industri pangan setelah menjalani proses pemurnian tambahan sesuai standar keamanan dan kualitas.
Dengan alur kerja yang saling melengkapi ini, proyek penyulingan tersebut diprediksi bakal menjadi pusat produksi strategis dalam rantai pasok minyak sawit kawasan Asia.
Masuknya investasi jumbo ini menunjukkan betapa strategisnya industri sawit Indonesia. Selain punya produksi terbesar di dunia, Indonesia juga jadi tumpuan rantai pasok biofuel Asia.
Dengan dua raksasa Korea turun tangan sekaligus, peta bisnis sawit jelas bakal makin dinamis. Bagi Indonesia, ini bukan sekadar investasi, tapi peluang memperkuat industri hilir, memperluas pasar ekspor, dan membuka lapangan kerja baru. (bgnnews/els)