Lampung, BGNNEWS.CO.ID - Air kelapa tua sering dianggap sebagai limbah dan sering dibuang begitu saja oleh para pedagang atau petani kelapa itu sendiri. Namun penelitian membuktikan kalau air kelapa tua tidak hanya berguna bagi kesehatan manusia saja, melainkan juga bagi kesehatan tanaman perkebunan seperti kakao.
Hal ini telah dibuktikan oleh para mahasiswa cerdas yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) Universitas Lampung (Unila). Tim ini diketuai oleh Pandu Lintang Nugroho, dan beranggotakan Rio Saputra, Defina Chaterina, Angela Merici Pusparani dari Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, dan Ratna Puspa Dewi dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian.
Tim PKMK berhasil menyulap air kelapa tua yang dianggap sebagai limbah tetapi mampu membuat tanaman kakao menjadi sehat dan naik produktivitasnya. Tim PKMK Unila tersebut mampu berinovasi mengembangkan Broconic, sebuah bioproduk multifungsi berbahan dasar limbah air kelapa tua dan ekstrak brotowali.
Inovasi ini bahkan tercatat berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) delapan bidang tahun 2025 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek).
Di bawah bimbingan Esa Ghanim Fadhallah SPi MSi, Tim PKMK mengusung semangat pertanian yang berkelanjutan dan berbasis bahan lokal dan teknologi ramah lingkungan.
Berangkat dari keresahan atas tingginya angka gagal panen akibat serangan hama mealybug (kutu putih) di kebun kakao, tim ini menawarkan solusi alternatif yang tidak hanya menanggulangi hama, tetapi juga menyuburkan tanah tanpa meninggalkan residu kimia.
“Sebagian besar petani masih menggunakan pestisida kimia yang justru berisiko merusak kesuburan tanah. Kami ingin menawarkan solusi alami yang tetap efektif dan lebih aman,'' ujar Pandu seperti dikutip BGNNEWS.CO.ID, Minggu (17/8/2025),
Broconic memanfaatkan limbah air kelapa tua, yang selama ini dianggap tak bernilai, padahal kaya akan hormon auksin dan sitokinin yang mendukung pertumbuhan tanaman. Berdasarkan data yang ada pada PPID Provinsi Lampung, potensi produksi kelapa di Provinsi Lampung cukup tinggi.
Pada tahun 2022 saja tercatat produksi kelapa bulat di Lampung sebanyak 78.571 ton dengan luas area tanam sebesar 89.673 hektar (Ha). Sementara itu, tanaman brotowali yang dikenal pahit dan berkhasiat sebagai jamu, diolah menjadi bentuk nanopartikel guna meningkatkan daya serap ke tanaman dan efektivitasnya sebagai pengusir hama.
Menarik Pandu, Broconic menggabungkan dua fungsi utama dalam satu produk pupuk cair organik sekaligus pestisida alami. Produk ini juga lebih ekonomis, mudah diaplikasikan, dan tidak membahayakan petani maupun lingkungan guna mendukung sistem pertanian berkelanjutan.
Sebelum tahap uji laboratorium dan uji lapang, tim telah melakukan survei online kepada 30 petani kakao di Lampung. Hasilnya, lebih dari 80 persen petani menunjukkan ketertarikan terhadap produk Broconic.
Dalam waktu dekat, tim akan melibatkan petani secara langsung untuk validasi lapangan, sekaligus mengedukasi mereka mengenai praktik pertanian yang lebih sehat. Broconic tidak hanya diorientasikan sebagai hasil riset, namun juga sebagai produk kewirausahaan yang siap memasuki pasar.
''Kami membayangkan Broconic bisa menjadi produk unggulan lokal untuk mendukung pertanian organik, terutama bagi petani kecil dan petani yang ingin beralih ke pertanian berkelanjutan,'' ujar Pandu.
Selama proses pengembangan, tantangan teknis dan waktu sempat muncul. Namun, sinergi tim yang kuat dan bimbingan intensif dari dosen pembimbing membuat tim mampu melewati setiap tahapan dengan baik.
''Kami membagi peran sesuai keahlian dan rutin evaluasi. Kunci keberhasilan kami adalah komunikasi terbuka dan rasa percaya antar anggota serta kerja tim yang solid,'' ujar Pandu.
Dosen pembimbing, Esa Ghanim Fadhallah, turut berperan besar dalam membimbing tim sejak penyusunan proposal hingga validasi hasil. Ia memberikan arahan strategis agar tetap fokus pada tujuan dan menjaga kualitas produk yang dibuat.
Keberhasilan Broconic menjadi bukti bahwa ide sederhana dari lingkungan sekitar dapat diubah menjadi inovasi berdampak. ''Melalui PKM, kami tidak hanya belajar membuat produk, tapi juga belajar peka, bertindak, dan berkontribusi nyata untuk lingkungan dan petani lokal,'' tuturnya. (jdi)