Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID - Saat ini Riau memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Namun sejumlah tantangan justru masih menjadi momok komoditi andalan Indonesia tersebut.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Riau, Syahrial Abdi, industri sawit di Riau masih menghadapi tantangan yang kompleks, mulai dari aspek legalitas, bibit, hingga rantai pasok.
Diantaranya, sebagian kebun masyarakat masih berada dalam kawasan hutan, yang perlu dicarikan solusi secara adil dan berkelanjutan agar tidak ada yang dirugikan.
Selain kawasan hutan, tantangan lain yakni masih masifnya petani yang menggunakan bibit palsu dan tidak bersertifikat salam pembangunan kebun kelapa sawitnya. Hal ini berdampak pada produksi kebun kelapa sawit hingga kualitas tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan.
''Kita juga terus berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan kelapa sawit untuk menghadirkan benih sawit unggul dan sertifkat. Sehingga mempermudah petani dalam mencari bibit kelapa sawit tersebut,'' ujarnya.
Menurutnya jika benih telah bersertifikat, maka kebun petani juga akan mudah mendapatkan sertifikasi yang mendukung petani untuk menikmati berbagai program dari pemerintah.
Kemudian tantangan lain adalah serangan hama, legalitas lahan yang belum SHM dan STDB. Lalu permasalahan terkait lembaga pekebun dan rantai pasok yang masih panjang sehingga petani tidak menikmati harga terbaik untuk hasil kebunnya.
Dia juga menyebut rendahnya jumlah kelembagaan pekebun yang bersertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai hambatan besar menuju perkebunan berkelanjutan.
Persoalan lain yang dihadapi petani adalah rantai pasok yang panjang dan kurang efisien, serta terbatasnya akses pembiayaan ke perbankan.
''Tantangan-tantangan ini tidak bisa diselesaikan secara sendiri-sendiri. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, swasta, asosiasi, dan tentunya petani. Pemerintah Provinsi Riau saat ini masih terus mencari solusi dan trobosan untuk menghadapi sejumlah tantangan pada perkebunan sawit tersebut,'' ungkapnya. (jdi/net)