Kurangi Emisi Karbon

Ubah Limbah Jadi Pupuk Organik, Hasil Panen Petani Sawit Swadaya Meningkat

Ubah Limbah Jadi Pupuk Organik, Hasil Panen Petani Sawit Swadaya Meningkat
Petani membuat pupuk organik dari limbah limbah dan kotoran hewan. (foto Fortasbi)

Jambi,BGNNEWS.CO.ID - Para petani sawit swadaya di Indonesia terus mencetak prestasi membanggakan. Tak hanya berproduksi, mereka juga mengelola limbah ternak dan limbah kebun menjadi pupuk organik.

Terbukti pupuk tersebut meningkatkan hasil panen serta mengurangi emisi karbon. Inovasi ini menjadi langkah nyata menuju industri sawit yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

Salah satu pendekatan yang diterapkan adalah mengolah kotoran hewan menjadi kompos atau biogas, lalu digunakan kembali sebagai pupuk organik di kebun sawit. Teknik ini bukan hanya menekan emisi metana, tetapi juga memperkaya kandungan karbon organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan menurunkan ketergantungan terhadap pupuk kimia yang semakin mahal.

Tak hanya limbah ternak, gulma, pelepah, dan tandan kosong sawit pun dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hasilnya adalah sistem pertanian terpadu yang saling menguatkan antara sektor peternakan dan perkebunan. Ini menjadi bukti bahwa limbah yang selama ini dianggap tak bernilai bisa menjadi sumber daya produktif.

Inisiatif ini digaungkan melalui program identifikasi pertanian regeneratif oleh Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI) sejak 2022. Hingga kini, pendekatan ini telah diimplementasikan di 13 desa di bawah dua kelompok tani, yakni Forum Petani Swadaya Merlung Renah Mendaluh (FPS-MRM) di Kecamatan Renah Mendaluh dan Asosiasi Petani Berkah Mandah Lestari (APBML) di Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.

Beberapa desa yang terlibat di antaranya Sungai Rotan, Rantau Benar, Pulau Pauh, Lubuk Terap, Merlung, Taman Raja, Gemuruh, hingga Lubuk Bernai. Para petani di desa-desa ini membuktikan bahwa dengan memanfaatkan limbah secara kreatif dan terstruktur, hasil panen sawit bisa meningkat tanpa merusak alam.

Dalam rilis media FORTASBI yang dikutip BGNNEWS, Sabtu (2/8/2025), disebutkan bahwa penggunaan pupuk organik buatan sendiri terbukti mampu menurunkan biaya produksi, memperbaiki kesuburan tanah, serta meningkatkan produktivitas kebun sawit petani. Tak hanya memberikan keuntungan ekonomi, model ini juga memberikan kontribusi langsung pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Menariknya, proses pembuatan pupuk organik ini terbilang sederhana dan bisa dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya lokal di sekitar kebun, menjadikannya solusi praktis bagi petani skala kecil di berbagai wilayah.

Langkah para petani sawit swadaya ini memperlihatkan bahwa mereka bukan sekadar pelaku produksi, tapi juga agen perubahan dalam menghadapi tantangan iklim global. (jdi)

Berita Lainnya

Index