Berkat Energi Surya, Desa Hang Tuah Panen Cuan dari Lele

Berkat Energi Surya, Desa Hang Tuah Panen Cuan dari Lele
Inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (foto istimewa)

Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID - Siapa sangka, dari terik matahari dan kolam lele, sebuah desa di Riau bisa melangkah menuju kemandirian ekonomi? Inilah kisah inspiratif Desa Hang Tuah yang kini bersinar terang berkat inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) garapan tim Desa Energi Berdikari (DEB) Sobat Bumi Universitas Islam Riau (UIR).

Bukan sekadar proyek energi, ini adalah jembatan menuju kesejahteraan berbasis potensi lokal, khususnya olahan lele. Ide cemerlang ini bermula dari kebutuhan riil. 

''Kami melihat langsung bagaimana potensi peternakan lele di sini luar biasa, tapi sering terhambat oleh pasokan listrik yang tidak stabil,'' ungkap Fajrio Dwi Rahmalan selaku ketua dari Sobat Bumi UIR.

Dengan hadirnya PLTS, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber energi yang ramah lingkungan, tetapi juga memperoleh dukungan untuk meningkatkan produktivitas usaha lokal secara berkelanjutan. ''Program ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang harapan dan langkah nyata menuju desa yang mandiri, sejahtera, dan berdikari—dimulai dari energi surya dan cita rasa olahan lele,'' katanya.

Ia juga menyampaikan keluh kesah dari masyarakat terkait potensi listrik yang terkadang menjadi masalah terhambatnya proses produksi ''Masyarakat butuh listrik konsisten untuk mengolah lele jadi abon, kerupuk, atau nugget. Dari situ, kami yakin PLTS adalah jawabannya,'' tutur Fajrio.

PLTS: Mesin Penggerak Ekonomi Lele

Bayangkan, kelompok ibu-ibu di Desa Hang Tuah kini bisa memproduksi olahan lele tanpa kuatir listrik padam.

Pada Kamis (24/7/2025) tim bersama  penggerak lainnya terutama aksi nyata dari SOBI UIR kembali melakukan pemasangan panel surya sebanyak 6 panel dengan kapasitas 5000 wp namun karna keterbatasan inverter energi yang bisa di realisasikan hanya 3.500 wp. Sehingga panel surya yang sudah terpasang sebanyak 11 panel dan menghasilkan energi hingga 3.500 kWh. 

Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan penghematan signifikan yang langsung dirasakan warga, memangkas biaya operasional produksi. Meskipun total kapasitas terpasang sebenarnya 5.000 WP, optimalisasi sedang berjalan untuk memanfaatkan potensi sepenuhnya.

''PLTS bukan cuma soal energi bersih, tapi juga peningkatan produktivitas dan nilai tambah usaha lokal,'' tegas Fajrio. Ini adalah contoh nyata bagaimana teknologi bisa bersinergi dengan kearifan lokal untuk menciptakan dampak ekonomi yang berkelanjutan.

Pahlawan Lokal dan Visi Jangka Panjang

Kemandirian ini tidak muncul begitu saja. Ada sosok seperti Bapak Iwan, sang "local hero" Desa Hang Tuah, yang gigih merawat dan memastikan PLTS berfungsi optimal. Ia didukung penuh oleh pendampingan berkala dari tim DEB Sobat Bumi UIR, menciptakan sinergi yang kuat antara masyarakat dan akademisi.

Visi Sobat Bumi UIR tak berhenti di Desa Hang Tuah. Mereka mengusung konsep E4: Energi, Edukasi, Ekonomi, dan Environment (Lingkungan) sebagai pilar utama desa berdikari. Ini adalah cetak biru yang akan diterapkan di desa-desa lain, memastikan setiap inisiatif memberikan dampak holistik. 

''Target kami, PLTS di sini bisa mencapai 5.000 WP penuh di masa depan, menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus meningkat,'' tambah Fajrio.

Gotong Royong Ibu-ibu Mina Sejahtera: Mengatasi Tantangan Bersama

Tentu saja, perjalanan ini tidak mulus tanpa tantangan. Salah satu yang utama adalah membangun nilai dan daya saing produk olahan lele di pasar. Namun, dengan pendampingan, perbaikan kemasan, dan strategi pemasaran yang cermat, tantangan ini perlahan teratasi.

Partisipasi masyarakat? Sangat luar biasa! Terutama kelompok ibu-ibu Mina Sejahtera, mereka adalah penggerak utama produksi olahan lele. 

Pelatihan dan pendampingan tentang penggunaan dan pemeliharaan PLTS pun sedang disiapkan untuk memberdayakan mereka lebih jauh.

"Program ini lebih dari sekadar teknologi; ini adalah tentang harapan dan langkah nyata menuju desa yang mandiri, sejahtera, dan berdikari—dimulai dari energi surya dan cita rasa olahan lele," pungkas Fajrio. Sebuah kisah tentang bagaimana inovasi, kolaborasi, dan semangat juang bisa mengubah desa menjadi lumbung energi dan ekonomi. (Ndi)

Berita Lainnya

Index