Dua Proyek Hilirisasi Sawit Senilai Rp 19 Triliun Masuk Daftar Investasi Danantara

Dua Proyek Hilirisasi Sawit Senilai Rp 19 Triliun Masuk Daftar Investasi Danantara
Ketua Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Bahlil Lahadalia. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Dua proyek hilirisasi berbasis sawit resmi masuk ke dalam daftar investasi prioritas Badan Pengelola Investasi Danantara.

Total nilai investasinya tak main-main, mencapai Rp 19 triliun, dengan proyeksi penyerapan tenaga kerja lebih dari 15.000 orang.

Masuknya proyek ini menunjukkan betapa sawit telah naik kelas. Bukan hanya sebagai sumber devisa atau bahan mentah, melainkan sebagai bahan baku energi alternatif dan pangan olahan bernilai tinggi. 

Apalagi, proyek bioavtur ini selaras dengan agenda transisi energi global dan upaya penurunan emisi karbon nasional, terutama di sektor penerbangan yang selama ini sangat tergantung pada bahan bakar fosil.

Diketahui proyek tersebut berasal dari daftar 18 proyek strategis nasional senilai Rp618 triliun yang diserahkan langsung oleh Ketua Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Bahlil Lahadalia.

Menurut Bahlil, proyek pertama adalah pembangunan fasilitas Oleofood di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kalimantan Timur, senilai Rp3 triliun.

Pada proyek ini difokuskan pada pengembangan produk pangan berbasis kelapa sawit, seperti margarin, shortening, dan lemak nabati fungsional.

Sementara itu, proyek kedua adalah pengembangan bioavtur dari minyak jelantah (used cooking oil) dan limbah sawit yang akan dibangun di KBN Marunda, Cikarang, dan Karawang, dengan nilai investasi mencapai Rp16 triliun.

''Seluruh proyek yang masuk radar Danantara sudah melalui tahapan pra-studi kelayakan dan akan segera memasuki fase lanjutan yang mencakup pemetaan pembiayaan,'' jelasnya.

Ia menegaskan bahwa hilirisasi tidak boleh berhenti di tataran wacana. Harus ada investasi nyata, dampak ekonomi langsung ke masyarakat, serta pembukaan lapangan kerja yang luas.

Danantara sendiri akan mengkaji beragam skema pendanaan untuk mendukung proyek-proyek tersebut. Mulai dari kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), investasi langsung dari swasta atau BUMN, hingga kolaborasi strategis berbasis kawasan.

Yang menarik, proyek sawit ini tak hanya bicara tentang keberlanjutan dan lingkungan, tapi juga tentang peluang ekonomi yang sangat besar.

Proyek bioavtur, misalnya, menjadi solusi konkret dalam menciptakan energi bersih dari limbah domestik. Sementara Oleofood membuktikan bahwa sawit bisa memberi nilai tambah signifikan di sektor pangan olahan dan berpotensi memperluas pasar ekspor Indonesia di tengah meningkatnya permintaan produk nabati.

Secara keseluruhan, dua proyek ini diperkirakan akan membuka lebih dari 15 ribu lapangan kerja baru. Jika dikombinasikan dengan sektor lain seperti minerba, kelautan, dan energi, maka total proyek hilirisasi nasional tahun ini bisa menciptakan lebih dari 300 ribu lapangan kerja di berbagai daerah. (jdi/els)

 

Berita Lainnya

Index