Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Hilirisasi sektor pertanian dan perkebunan merupakan kunci strategis mewujudkan kedaulatan dan swasembada pangan dengan menjadikan petani sebagai pelaku utama dalam rantai pasok nasional.
Untuk itu, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono menegaskan, pentingnya menghentikan penjualan hasil pertanian mentah dan mendorong hilirisasi, agar nilai tambah produk meningkat serta petani lokal memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar.
''Indonesia memiliki potensi besar di sektor hulu, mulai dari produksi beras, jagung, kedelai, hingga komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, gula, kopi, dan kakao,'' kata Wamentan Sudaryono, di Jakarta, kemarin.
Namun, potensi tersebut harus terus dikembangkan dengan memperkuat rantai hilir untuk bisa dimanfaatkan secara maksimal demi kemakmuran rakyat Indonesia.
''Tanpa hilirisasi yang kuat, kita akan terus bergantung pada impor. Visi Presiden Prabowo sangat jelas Indonesia harus berdikari di bidang pangan. Untuk itu, hilirisasi bukan pilihan, tapi keharusan,'' ujarnya lagi.
Dikatakan, hilirisasi tidak hanya soal membangun industri pengolahan hasil panen, tetapi juga memperkuat sistem logistik, penyimpanan, distribusi, hingga pemasaran berbasis teknologi.
Hal itu dinilai penting agar nilai tambah produk pertanian bisa dinikmati oleh petani dan pelaku usaha dalam negeri, bukan justru dinikmati oleh pihak luar.
Keberhasilan hilirisasi akan menciptakan efek ganda bagi perekonomian desa, membuka lapangan kerja, serta mempercepat pertumbuhan industri pangan nasional.
''Kita ingin produk-produk hasil pertanian tidak lagi dijual mentah. Kita ingin lihat beras premium dalam kemasan nasional, kopi Indonesia mendunia dengan merek lokal, dan petani kita menjadi pemain utama, bukan hanya penonton,'' tambahnya.
Karena itu, ditekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, dan perguruan tinggi serta perusahaan-perusahaan BUMN untuk mengembangkan ekosistem hilirisasi pertanian yang berkelanjutan. (jdi/antara)