Dipercaya jadi Ketua ABII, Adek Presiden Prabowo Yakin Indonesia Bisa Adidaya di Biochar Dunia

Dipercaya jadi Ketua ABII, Adek Presiden Prabowo Yakin Indonesia Bisa Adidaya di Biochar Dunia
Ketua Umum Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII), Hashim Djojohadikusumo foto bersama. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Ketua Umum Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII), Hashim Djojohadikusumo menyampaikan optimisme besar terhadap potensi Indonesia sebagai kekuatan global dalam produksi dan ekspor biochar — produk karbon hasil pembakaran biomassa yang bermanfaat bagi pertanian dan penyerapan emisi karbon.

''Saya sangat bergembira karena dua tahun lalu ada yang datang ke kantor saya dan mengusulkan berdirinya asosiasi ini,'' kata adek Presiden Pranowo ini.

''Sejak 2008 saya sudah mendengar tentang biochar, tapi belum paham. Kini saya semakin yakin setelah bertemu Pak Pil dan Pak Rahmad Pambudy, bahwa Indonesia bisa jadi adidaya biochar dunia.''

Indonesia saat ini baru memproduksi sekitar 3.000 ton biochar, jauh dari potensi ideal sebesar dua juta ton per tahun. Hashim menekankan pentingnya standar mutu nasional (SNI) dalam pengembangan industri ini agar produk biochar Indonesia layak ekspor dan kompetitif secara global. “Jangan sampai biochar kita bermutu rendah,” ujarnya, menyebut potensi ekspor biochar ke negara-negara seperti Arab Saudi.

Sementara Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono turut memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. Ia mengaitkan pentingnya terobosan seperti biochar dengan tantangan global seperti perubahan iklim dan konversi lahan.

''Dulu saat Christopher Columbus menemukan Amerika, orang-orang di Eropa tak percaya. Inisiatif baru seperti biochar pun sering diremehkan. Tapi ini adalah realita baru yang harus kita sambut,'' kata Sudaryono. 

Ia menambahkan bahwa Kementerian Pertanian telah berhasil mencetak satu juta hektar lahan rawa menjadi sawah produktif, yang selanjutnya bisa dimanfaatkan untuk produksi biochar secara berkelanjutan.

Sudaryono juga mengingatkan bahwa limbah pertanian dari sekam, jagung, kopi, hingga kelapa sawit  menyumbang emisi karbon signifikan. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah menjadi biochar bisa menjadi solusi ramah lingkungan yang mengurangi emisi dan menciptakan nilai tambah ekonomi.

Wakil Ketua Umum ABII, Diaz Faisal Malik Hendropriyono, menyoroti dampak perubahan iklim yang sudah dirasakan di berbagai wilayah Indonesia. Ia menegaskan perlunya inovasi dan percepatan produksi biochar sebagai bagian dari strategi mitigasi perubahan iklim.

“Biochar dari limbah pertanian bisa menurunkan emisi hingga 28 juta ton CO?. Target kami adalah memproduksi 1,3 juta ton biochar pada 2025,” ujarnya. Diaz juga menyebut bahwa asosiasi telah menyusun roadmap industri biochar dan telah menyerahkannya kepada Bappenas.

Asosiasi juga tengah mengupayakan agar biochar Indonesia memenuhi standar internasional seperti dari Global Carbon Council, guna memaksimalkan nilai dari skema kredit karbon global.

Menteri Bappenas sekaligus Ketua Dewan Pengawas ABII, Prof Rachmad Pambudy menyatakan, perubahan iklim menurunkan kualitas tanaman dan meningkatkan penyakit baru. Biochar bukan hanya arang, tapi material berteknologi tinggi yang bisa digunakan dalam banyak sektor — dari pertanian hingga otomotif. (jdi/swi)

Berita Lainnya

Index