Jambi, BGNNEWS.CO.ID - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tebo mulai menjalankan strategi jangka benah (SJB) untuk mengatasi perkebunan kelapa sawit yang sudah terlanjut berada di dalam kawasan hutan. Program ini dibantu sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dan organisasi nonpemerintah atau non-goverment organization (ornop/NGO), serta World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia beserta Pundi Sumatera.
Pelaksanaan SJB tersebut juga dibantu oleh pemerintah provinsi (Pemprov) Jambi, yang ditandai dengan pelaksanaan kegiatan “Sekolah Jangka Benah” yang dilaksanakan beberapa waktu yang lalu selama tiga hari.
Seperti dikutip BGNNEWS.CO.ID dari laman WWF Indonesia, Rabu (18/6/2025), kampus yang ikut kegiatan ini ada Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Jambi (Unja), Universitas Brawijaya (Unibraw), dan Universitas Palangka Raya di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
''Pemkab Tebo mendukung penuh SJB sebagai langkah strategis dan inovatif untuk menyelesaikan persoalan keterlanjuran perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan secara berkelanjutan,'' ucap Joko Ardiawan SP selaku Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) pada Sekretariat Daerah (Setda) Pemkab Tebo.
Joko Ardiawan menilai SJB selaras dengan visi misi Pemkab Tebo yang nantinya akan menjadi indikator penting dalam penyusunan rancangan pembangunan jangka menengah Daerah (RPJMD) sebagai implementasi pembangunan berkelanjutan.
Program SJB ini, tambah Joko Ardiawan, tidak hanya memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dari sisi ekonomi dan lingkungan, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi contoh praktik baik (dalam mengatasi keterlanjuran perkebunan sawit dalam kawasan hutan).
“Dan ini dapat direplikasi oleh daerah-daerah lain di Indonesia dalam upaya menjaga keseimbangan antara produktivitas lahan dan pelestarian hutan,” tutur Joko Ardiawan lebih lanjut.
Oleh sebab itu, dia yakin kalau kolaborasi aktif antara Pemprov Jambi dan Pemkab Tebo akan sangat memengaruhi kesuksesan program SJB yang berpotensi besar untuk mendukung ekonomi berkelanjutan.
Di sisi lain, Irfan Bakhtiar sebagai Direktur Iklim dan Transformasi pasar Yayasan WWF Indonesia bilang bahwa Sekolah Jangka Benah adalah bagian dari strategi jangka benah (SJB).
Sekolah jangka benah, juga merupakan salah satu pendekatan strategis yang tengah dikembangkan oleh UGM Yogyakarta dengan dukungan WWF-Indonesia sebagai akselerator.
Pendekatan ini, adalah upaya dalam mendukung pemerintah Indonesia dan berbagai pemangku kepentingan untuk terus mendorong solusi atas permasalahan keterlanjuran sawit monokultur yang ada di dalam kawasan hutan.
“Strategi ini dilaksanakan melalui metode pengelolaan kawasan untuk memulihkan ekosistem hutan sekaligus mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi masyarakat,” ujar Irfan Bakhtiar.
Dia mengatakan, SJB merupakan solusi yang potensial untuk mengatasi permasalahan keterlanjuran kelapa sawit di kawasan hutan melalui pendekatan agroforestri.
Dengan mengintegrasikan kelapa sawit bersama komoditas lain, Irfan Bakhtiar yakin kalau skema ini tidak hanya membantu memulihkan fungsi ekologis kawasan hutan yang telah rusak, tetapi juga tetap menjaga aspek produktivitas. (jdi)