Mahasiswa Riau Raih Duta Bahasa 2025, Angkat Krida Inklusif SELESA PELUK

Mahasiswa Riau Raih Duta Bahasa 2025, Angkat Krida Inklusif SELESA PELUK
Wikel Nofiantoro (foto istimewa)

Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID – Kegagalan tak menyurutkan langkah Wikel Nofiantoro. Mahasiswa Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau ini berhasil membuktikan kegigihannya dengan meraih predikat Pemenang II Duta Bahasa Riau 2025. Putra asli Kabupaten Bengkalis ini tak hanya membawa pulang gelar, namun juga gagasan krida inovatif yang menyentuh isu perlindungan anak.

Bukan Sosok Biasa: Segudang Prestasi Mengiringi

Wikel Nofiantoro dikenal sebagai pribadi aktif dengan segudang prestasi. Ia baru saja terpilih sebagai Fasilitator Forum Anak Nasional Periode 2025-2027 di bawah naungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Di kampus, Wikel adalah Duta Intelegensia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau dan menjabat Vice Chairman of Economics Faculty English Club (EFEC) FEB UNRI 2024-2025.

Kemampuannya di bidang kewirausahaan juga patut diacungi jempol, terbukti dengan raihan Juara 1 WMK Got Talent WMK (Wirausaha Merdeka) Aksi Pemuda Universitas Riau Batch III Tahun 2024. Tak hanya itu, ia juga unggul di kancah debat bahasa Inggris, meraih 3rd Runner Up Best Team and 8th Best Speaker National University Debating Championship (NUDC) Universitas Riau 2025.

Semangat Membara di Balik Penolakan Terdahulu Keinginan kuat untuk berkontribusi pada bahasa dan sastra Riau, serta menjadi mitra Balai Bahasa Provinsi Riau dalam mempromosikan Trigatra Bangun Bahasa, menjadi pendorong utama Wikel. "Meskipun pernah gagal menjadi finalis Duta Bahasa Riau di tahun 2024, hal itu tidak membuat saya menyerah," ujarnya.

Ia yakin, usaha keras dan doa tak akan mengkhianati hasil. Keyakinan itu terbukti, ia kembali mendaftar dan berhasil lolos, hingga akhirnya dinobatkan sebagai Pemenang II.

Krida Inklusif: "SELESA PELUK" untuk Anak Rentan

Sebagai Duta Bahasa Riau, Wikel mengusung krida bertajuk SELESA PELUK (Sehari Literasi bersama Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus). Ini adalah program literasi kebahasaan dan kesastraan yang menyasar anak-anak rentan, seperti penyintas kekerasan, anak disabilitas, korban bencana, dan anak dalam konflik hukum.

''Krida ini mencakup mendongeng, menulis ekspresif, dan panggung sastra untuk membangun kepercayaan diri mereka,'' jelas Wikel. 

Output utamanya adalah buku interaktif Peluk Kata, yang diharapkan menjadi teman literasi yang menghangatkan. "Melalui SELESA PELUK, literasi hadir sebagai pelukan simbolis yang menyembuhkan dan menginspirasi," harapnya.

Tantangan, Kekompakan, dan Visi di Era Digital Perjalanan menuju puncak tak mulus. Wikel menghadapi tantangan menyeimbangkan waktu kuliah dan persiapan pemilihan. Namun, dengan manajemen waktu dan skala prioritas, ia berhasil melewatinya.

Yang paling berkesan baginya adalah kekompakan dan kekeluargaan para finalis. "Para finalis datang dengan latar belakang berbeda, namun kekompakan dan kekeluargaan tetap erat," kenang Wikel, yang juga menjabat Koordinator Finalis ("Pak Lurah").

Ke depan, Wikel berkomitmen mengoptimalkan Trigatra Bangun Bahasa di era digital. "Menciptakan konten edukatif berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mempromosikan bahasa daerah melalui media sosial kreatif, serta memperkuat apresiasi sastra dan budaya Melayu Riau melalui kolaborasi digital lintas generasi," paparnya. Ini akan dilakukan bersinergi penuh dengan Balai Bahasa Provinsi Riau dan Ikatan Duta Bahasa Riau.

Bahasa: Jembatan Harmoni dari Tanah Melayu, Lahir dari keluarga Tionghoa di tanah Melayu, Wikel terbiasa dengan keberagaman bahasa – Indonesia, Hokkien, dan Melayu. "Saya mulai menyadari bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga jembatan identitas dan toleransi," ungkapnya.

Ia ingin menjadi agen perubahan yang merawat kekayaan bahasa daerah dan mengajak generasi muda bangga berbahasa Indonesia. "Dari tanah Melayu, saya belajar bahwa harmoni bisa lahir dari keberagaman bahasa dan dari sanalah saya melangkah, membawa misi kebahasaan dengan hati," pungkasnya.

Pesan Wikel: Lestari, Kuasai, Bijak!

"Mari kita terus gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, lestarikan bahasa daerah sebagai warisan leluhur, dan cintai sastra sebagai cerminan jiwa bangsa," ajak Wikel. Ia juga menekankan pentingnya menguasai bahasa asing untuk daya saing. "Di era digital, setiap unggahan, tutur, dan tulisan kita adalah kontribusi nyata. Jadilah pengguna bahasa yang bijak, karena dari tutur, terbitlah citra bangsa."

Kepada keluarga dan pendukung, Wikel mengucapkan terima kasih. "Pencapaian ini bukan hanya untuk dirayakan, tetapi juga penanda bahwa perjalanan baru telah dimulai sebagai agen perubahan untuk bahasa dan sastra." Ia berharap kekompakan para finalis terus terjaga.

''Saya yakin Ikatan Duta Bahasa Riau dan Balai Bahasa Provinsi Riau adalah rumah yang tepat bagi saya untuk menemukan keluarga baru dengan visi yang sama, yakni memartabatkan bahasa Indonesia hingga ke kancah internasional, melestarikan bahasa derah, dan menguasai bahasa asing untuk bangsa yang berdaya saing di masa depan. Dengan kolaborasi yang aktif dari berbagai pihak, saya yakin tujuan mulia ini akan tercapai dengan rasa cinta yang tulus terhadap bangsa Indonesia,'' tuturnya. 

"Saya yakin Trigatra Bangun Bahasa adalah tugas kita bersama. 'Generasi Muda Pemartabat Bahasa' bukan hanya slogan, tapi kekuatan bangsa," tutup Wikel penuh semangat. "Dari bahasa, untuk bangsa. Salam Literasi!" (Ndi)

Berita Lainnya

Index