Ini Saran Konsultan jika Berkebun Sawit di Lahan Gambut

Ini Saran Konsultan jika Berkebun Sawit di Lahan Gambut
Lahan sawit ditanah gambut. (Foto istimewa)

ROKAN HILIR, BGNNEWS.CO.ID - Perkebunan kelapa sawit di lahan gambut menghadapi tantangan unik yang memerlukan penanganan khusus untuk mencapai produktivitas optimal dan berkelanjutan. 

''Tanah gambut memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah mineral. Ini seperti mengelola kebun di atas spons raksasa,'' kata Penthiel Effendi, konsultan perkebunan berpengalaman yang sudah puluhan tahun mendampingi petani dan perusahaan sawit di berbagai wilayah Indonesia, Kamis (17/4/2025).

Menurut Effendi, tantangan terbesar dalam berkebun sawit di lahan gambut adalah pengelolaan air. ''Tinggi muka air (water table) harus dipertahankan pada kedalaman ideal, sekitar 50-70 cm dari permukaan. Terlalu rendah bisa menyebabkan gambut mengering dan rawan terbakar, sementara terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan akar,'' jelasnya.

Ia menambahkan, bahwa sistem tata air yang baik memerlukan perencanaan matang dengan saluran primer, sekunder, dan tersier yang terintegrasi. 

''Kami menggunakan sistem tabat (water gate) yang bisa diatur sesuai musim. Ini investasi awal yang mahal, tapi esensial untuk keberlanjutan.'' terangnya 

Tantangan lain yang disoroti adalah tingkat keasaman tanah gambut yang tinggi. ''PH tanah gambut biasanya antara 3-4, sementara sawit optimal pada pH 5-6. Ini memerlukan strategi pemupukan yang berbeda,'' kata Effendi.

Ia merekomendasikan pengapuran (liming) atau perbaikan tanah dengan dosis yang tepat dan pemupukan bertahap. ''Jangan berikan pupuk sekaligus dalam dosis besar karena efisiensinya rendah di tanah gambut. Lebih baik frekuensi ditingkatkan dengan dosis yang lebih kecil,'' ujar Effendi.

Meski tantangan-tantangan tersebut terdengar berat, Effendi menegaskan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, berkebun sawit di lahan gambut bisa berkelanjutan. (Ade)

Berita Lainnya

Index