Lima Prioritas Hilirisasi Sawit untuk Transformasi Ekonomi, Apa Saja

Lima Prioritas Hilirisasi Sawit untuk Transformasi Ekonomi, Apa Saja
Industri sawit untuk kemajuan ekonomi. (Foto istimewa)

PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID - Tujuan pembangunan terkait hilirisasi sawit masuk dalam 8 agenda pembangunan transformasi ekonomi dengan indikator ekonomi 4 iptek, inovasi dan produktivitas ekonomi, IE 5 penerapan ekonomi hijau. 

Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Rachmat Pambudy, tahun 2025-2029 industri sawit masuk dalam penguatan ekosistem industrialisasi dan peningkatan kompleksitas produk industri. Tahapannya untuk menghasilkan produk antara dengan penguatan ekosistem industrialisasi (pembiayaan, riset, inovasi, standarisasi, skema insentif) dan peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Hilirisasi sawit untuk transformasi ekonomi masuk dalam kegiatan prioritas 5, yaitu melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Program prioritas pengembangan hilirisasi industri berbasis SDA unggulan, industri padat karya terampil, padat teknologi inovasi dan berorientasi ekspor.

Koridor pembangunan kelapa sawit adalah: Peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan dengan peningkatan produktivas komoditas, pekebun/tenaga kerja, lahan, sektor. Pertumbuhan ekonomi 18% melalui hilirisasi, ekonomi hijau (nilai karbon), ekonomi sirkular. Pembangunan berkelanjutan melalui legalitas, emisii GRK, yurisdiksi, ketertelusuran.

Penyerapan CO2 di atas tajuk pohon sawit adalah 82 ton C/ha/tahun diimbangi pelepasan O2 18 ton O2/ha/tahun. Emisi CO2 di bawah tajuk mencakup 19 ton C/ha/tahun dari akar dan 24 ton C/ha/tahun dari batang, saluran dan tanah, total 43 ton C/ha/tahun.

Dampak ekspansi perkebunan sawit adalah emisi CO2 akibat perubahan tata guna lahan yaitu deforestasi pembukaan areal hutan untuk pembukaan kebun sawit, pengeringan lahan gambut. Net Green House Gas Balance menunjukkan emisi awal dari alih fungsi lahan dapat lebih besar dari manfaatnya selama beberapa dekade; perkebunan kelapa sawit di lahan gambut mengeluarkan sekitar 24 ton CO2/ha/tahun.

Pengelolaan sawit yang mendukung program pembangunan rendah karbin adalah dengan menghindari konversi lahan gambut untuk ekspansi perkebunan sawit; implementasi pertanian regeneratif; penerapan regulasi terkait pencegahan deforestasi dan praktek sawit berkelanjutan. (jun/mediaperkebunan)

 

 

Berita Lainnya

Index