Benih Berkualitas Kunci Usaha Perkebunan Kelapa Sawit

Benih Berkualitas Kunci Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
Benih berkualitas kunci utama dalam bisnis sawit. (foto istimewa)

PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID - Petani kelapa sawit kini dihadapkan pada pilihan kritis yang dapat menentukan keberhasilan usaha mereka selama 25 tahun ke depan. Memilih benih bersertifikat atau berisiko menggunakan benih palsu. 

Agronom asal Universitas Islam Riau, Yusuf Syifa SP mengatakan, penggunaan benih unggul besertifikat memiliki dampak signifikan terhadap produktivitas perkebunan.

''Keberhasilan produksi CPO sangat ditentukan oleh penggunaan benih unggul bersertifikat, serta kualitas dan kuantitas bibit kelapa sawit yang tepat,'' ujarnya, Rabu (5/3/2025).

Menurut Yusuf, benih kelapa sawit berkualitas memiliki kriteria yang ketat. ''Benih harus berasal dari varietas unggul Dura x Pisifera (DxP) yang telah resmi dilepas oleh Kementerian Pertanian, diproduksi di kebun bersertifikat, dan melalui proses penyilangan yang sistematis,'' jelasnya.

Hal ini menjamin kemurnian genetik dan potensi pertumbuhan optimal. Sementara itu, menurutnya perbedaan nyata terlihat dalam perhitungan sederhana produktivitas. Benih bersertifikat mampu menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) antara 25-37 ton per hektare, bergantung pada produsen seperti PPKS, Topaz, Damimas, Lonsum, dan Socfindo. Sementara itu, benih non-sertifikat hanya mampu menghasilkan setengahnya, dengan risiko kerugian finansial yang sangat besar.

Ia menambahkan untuk mendapatkan benih bersertifikat tidak semudah yang dibayangkan. Petani harus memenuhi sejumlah persyaratan ketat, mulai dari melampirkan sertifikat kepemilikan lahan, identitas diri yang valid, hingga surat permohonan resmi ke lembaga benih terpercaya. Untuk pembelian di atas 1.000 benih, diperlukan Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS) dari dinas perkebunan setempat.

''Banyak persyaratan yang harus dipenuhi petani sawit dan hal ini membuat petani kesulitan,'' ungkapnya.

Yusuf juga menyoroti akan maraknya penjualan benih palsu melalui berbagai platform marketplace. Ia menyarankan untuk selalu memverifikasi keaslian benih, memperhatikan sertifikat resmi, dan membeli dari produsen terpercaya.

''Setiap hektare membutuhkan sekitar 200 benih, dengan biaya benih bersertifikat sekitar Rp9.000 per benih, jauh lebih menguntungkan dibandingkan risiko kerugian akibat benih tidak bermutu,'' tegasnya.

Perhitungan sederhana memperlihatkan perbedaan yang mencolok. Benih bersertifikat dapat menghasilkan pendapatan tambahan hingga Rp60 juta per tahun, sementara benih non-sertifikat hanya mampu menghasilkan Rp24 juta. 

Dengan demikian, investasi awal pada benih berkualitas terbukti menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dalam usaha perkebunan kelapa sawit. (ade/bgn)

Berita Lainnya

Index