Kalau Tak Diatasi Sebabkan Tanaman Mati

Petani Sawit Harus Tahu, Begini Cara Mengatasi Kumbang Tanduk

Petani Sawit Harus Tahu, Begini Cara Mengatasi Kumbang Tanduk
Kumbang tanduk yang bisa membuat tanaman sawit mati. (Foto istimewa)

PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID - Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) merupakan salah satu hama utama yang mengancam produktivitas kelapa sawit. Serangan hama ini dapat menyebabkan kerusakan parah bahkan kematian pada tanaman sawit, terutama pada tanaman muda. Untuk mengatasi hal tersebut, dilansir dari Kementerian Pertanian RI melalui Cybex (Cyber Extension) telah mengeluarkan panduan pengendalian yang tepat,Kamis (13/2/2025).

Karakteristik dan Siklus Hidup

Kumbang tanduk dewasa berukuran 30-45 mm, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki tanduk yang khas pada bagian kepala. Siklus hidupnya terdiri dari telur (4-8 hari), larva (85-200 hari), pupa (17-30 hari), dan dewasa (89-180 hari). Seekor betina dapat menghasilkan 30-70 butir telur dalam satu siklus.

Gejala dan Dampak Serangan

Dilansir dari Cybex Kementan RI, gejala serangan kumbang tanduk dapat dikenali dari:

- Adanya lubang pada pangkal pelepah muda berbentuk segitiga

- Kumbang dewasa menggerek titik tumbuh tanaman

- Kerusakan pada daun muda yang belum membuka

- Bentuk daun yang tidak normal saat membuka (berbentuk kipas atau seperti huruf V)

- Penurunan produktivitas hingga 50% pada tanaman yang terserang berat

Langkah-langkah Pengendaliannya :

1. Pengendalian Secara Kultur Teknis:

- Melakukan sanitasi kebun dengan membersihkan sisa-sisa batang dan tunggul kelapa sawit yang dapat menjadi tempat berkembang biak kumbang tanduk

- Mengumpulkan dan memusnahkan bahan organik yang membusuk

- Menanam tanaman penutup tanah untuk mengurangi tempat bertelur kumbang

- Membuat parit isolasi di sekeliling kebun untuk mencegah penyebaran

- Mengatur jarak tanam yang tepat untuk mengurangi kelembaban

2. Pengendalian Biologis:

- Memanfaatkan jamur Metarhizium anisopliae dengan dosis 50-100 gram/pohon

- Menggunakan virus Oryctes nudivirus (OrNV) yang dapat mematikan larva

- Memasang perangkap feromon (Pheromone trap) dengan kepadatan 1 perangkap/2 hektar

- Memelihara musuh alami seperti burung hantu dan kadal

3. Pengendalian Kimiawi:

- Mengaplikasikan insektisida berbahan aktif yang direkomendasikan seperti karbosulfan atau fipronil

- Melakukan penyemprotan pada titik tumbuh tanaman setiap 2 minggu sekali

- Pemberian karbofuran pada lubang gerekan dengan dosis 5-10 gram/pohon

- Penggunaan insektisida sistemik melalui injeksi batang

4. Tindakan Pencegahan dan Pemantauan:

- Pemantauan rutin populasi kumbang tanduk setiap minggu

- Pemasangan perangkap feromon sejak awal penanaman

- Pemeliharaan kebersihan kebun secara berkala

- Pencatatan dan evaluasi hasil pengendalian

- Rotasi metode pengendalian untuk mencegah resistensi

Strategi Pengendalian Berdasarkan Tingkat Serangan:

- Serangan Ringan (<5%): Fokus pada pencegahan dan monitoring

- Serangan Sedang (5-10%): Kombinasi pengendalian kultur teknis dan biologis

- Serangan Berat (>10%): Penerapan semua metode pengendalian secara intensif

Sementara itu, dari segi ekonomi kerugian akibat serangan kumbang tanduk dapat mencapai 40-50% dari potensi produksi. Biaya pengendalian berkisar Rp 500.000 - Rp 1.500.000 per hektar, namun dapat menghemat potensi kerugian hingga Rp 15-20 juta per hektar per tahun.

Para petani diharapkan dapat menerapkan cara pengendalian tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan. Kunci keberhasilan pengendalian adalah konsistensi, ketepatan waktu, dan koordinasi antar petani dalam satu hamparan. Untuk informasi lebih lanjut, petani dapat menghubungi penyuluh pertanian setempat atau mengakses portal Cybex Kementerian Pertanian RI.

Pengendalian kumbang tanduk merupakan investasi jangka panjang untuk keberlanjutan usaha perkebunan sawit. Dengan penerapan pengendalian terpadu secara tepat, serangan hama ini dapat ditekan dan produktivitas tanaman dapat dipertahankan.(ade/bgn)

Berita Lainnya

Index