Peneliti Berhasil Kembangkan Limbah Cair Sawit jadi Pupuk Alami

Senin, 14 Juli 2025 | 09:42:30 WIB
Limbah cair sisa pengolahan kelapa sawit. (foto istimewa)

Medan, BGNNEWS.CO.ID - Solusi cerdas datang dari laboratorium Universitas Sumatera Utara (USU), tempat sebuah sistem zero waste untuk industri sawit dikembangkan.

Dimana dalam penelitiannya, mengatasi limbah cair dan gas beracun hidrogen sulfida (H?S), sistem ini juga mengubah limbah tersebut menjadi pupuk cair alami bernilai ekonomi. Hebatnya lagi, inovasi ini  ramah lingkungan. 

Dalam laporan yang disusun oleh David Kevin Handel Hutabarat, sistem ini menggabungkan kekuatan mikroba Thiobacillus sp. dengan tanaman air Azolla microphylla, menciptakan pendekatan bioteknologi yang efisien dan berkelanjutan.

“Kami percaya, solusi untuk limbah industri bukan harus mahal atau rumit. Seringkali jawabannya ada di sekitar kita yaitu mikroorganisme dan tumbuhan air yang selama ini kita anggap sepele,” ujar David dalam keterangan Humas USU dikutip, Seni (14/7).

Sistem inovatif ini bekerja dengan cara menyerap gas H?S dari biogas ke dalam kolom vertikal berisi air, yang kemudian dialirkan ke kolam kultur bakteri Thiobacillus sp.. Di kolam ini, H?S diubah menjadi senyawa sulfat. Selanjutnya, air tersebut masuk ke dalam kolam fitoremediasi Azolla, di mana pencemaran tersisa dimurnikan.

“Azolla bukan cuma penyerap polutan. Ia juga produsen oksigen, penstabil pH, dan sumber pupuk alami. Dalam satu kolam kecil, Anda mendapatkan fungsi dari tiga teknologi sekaligus,” lanjutnya.

Hasil uji laboratorium menunjukkan penurunan konsentrasi H?S hingga 70% dalam sembilan jam, dan meningkat menjadi 83% setelah empat hari. Air limbah yang sebelumnya sarat BOD, COD, dan zat padat terlarut, kini bisa digunakan ulang sebagai air teknis bahkan bahan baku pupuk cair alami.

Kelebihan lain dari sistem ini adalah biaya produksi yang sangat rendah, hanya sekitar Rp54,8 per liter, jauh di bawah metode kimia konvensional. Sementara itu, potensi nilai jual pupuk cair dari sistem ini bisa mencapai Rp709 per liter.

“Kami ingin membuktikan bahwa teknologi ramah lingkungan tidak harus mahal dan eksklusif. Dengan pendekatan berbasis hayati seperti ini, pabrik kelapa sawit skala kecil sekalipun bisa mengadopsinya,” tegasnya.

Selain mengurangi polusi dan memperbaiki kualitas air limbah, sistem ini turut mendukung ekonomi sirkular dan industri sawit berkelanjutan, dua prinsip penting yang semakin jadi tuntutan global terhadap sektor agroindustri Indonesia.

Tidak hanya mengatasi pencemaran air dan udara, sistem ini juga membuka peluang baru untuk diversifikasi produk dari limbah menjadi biofertilizer ramah lingkungan. (jdi/els)

 

 

 

Terkini

DPRD Riau Tagih Janji Pemprov Ajukan KUA PPAS APBD Perubahan

Selasa, 09 September 2025 | 19:23:43 WIB

Sekda : ASN Dituntut Punya Standar Kinerja Tinggi

Selasa, 09 September 2025 | 19:09:07 WIB

Program Rohil Cerdas, Guru MDA dan TPQ Diberi Dana Insentif

Selasa, 09 September 2025 | 16:52:48 WIB