Inovasi BRIN Berhasil Tingkatkan Keselamatan Kerja dan Produktivitas Pemanen Kelapa Sawit

Senin, 23 Juni 2025 | 18:57:03 WIB
Inovasi BRIN yang berhasil ciptakan alat untuk meningkatkan keselamatan pemanen sawit. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC), Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI), bersama Institut Pertanian Bogor (IPB), mengembangkan perangkat Upper Limb Exoskeleton (ULE). Hal ini guna untuk meningkatkan keselamatan kerja dan produktivitas pemanen kelapa sawit.

''Pekerjaan memanen kelapa sawit, terutama di perkebunan dengan pohon tinggi (>3 meter), menuntut aktivitas fisik berat dan berulang, seperti mengangkat, menegakkan alat panen (egrek), serta memotong pelepah dan tandan sawit. Aktivitas ini berisiko menimbulkan gangguan otot dan tulang atau musculoskeletal disorders,'' kata Peneliti Ahli Madya BRIN, Nugrahaning Sani Dewi, hari ini.

Haning menjelaskan, bahwa riset ini didanai sepenuhnya oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) kelapa sawit dengan fokus pada pengembangan rangka luar (eksoskeleton) untuk tubuh bagian atas yang dirancang khusus guna membantu dan meningkatkan keselamatan kerja pemanenan kelapa sawit secara manual.

Menurut peneliti yang akrab disapa Haning ini, teknologi eksoskeleton sebenarnya telah dikembangkan di berbagai negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Namun, belum ada yang secara khusus dirancang untuk mendukung aktivitas pemanenan kelapa sawit secara manual. Oleh karena itu, ULE hadir sebagai inovasi pertama yang menyasar kebutuhan industri sawit Indonesia.

''ULE bekerja dengan mendistribusikan gaya dan beban dari tubuh bagian atas ke bagian tubuh lainnya. Struktur rangka luar ini menyatu dengan tubuh pengguna sehingga saat mengangkat alat panen seperti egrek atau dodos, beban tidak hanya ditanggung otot bahu dan lengan, tetapi juga dibantu oleh struktur mekanis ULE. Dengan demikian, tekanan pada otot dapat dikurangi,'' terang Haning.

Haning menjelaskan berdasarkan analisis biomekanik dan data Electromyography (EMG), ULE mampu mengurangi aktivitas otot, seperti otot bahu dan otot punggung atas dan bawah. Kondisi ini membuat otot tidak cepat lelah, postur tubuh tetap stabil, dan menurunkan risiko cedera.

''ULE sendiri tidak digerakkan oleh mesin, melainkan mengikuti gerakan tubuh pengguna secara alami (passive exoskeleton). Dengan sistem tersebut memungkinkan pengguna untuk menjangkau pohon tinggi, mengangkat atau menarik alat panen, dan bergerak dengan lebih stabil dan seimbang,'' tuturnya.

Pengembangan ULE melibatkan teknologi motion capture system (mocap) untuk merekam gerakan tubuh saat bekerja. Data tersebut dianalisis secara biomekanik guna memetakan tekanan dan beban otot selama aktivitas pemanenan. Hasilnya menjadi dasar penyempurnaan desain ULE agar sesuai dengan kondisi kerja riil di lapangan.

Haning berharap agar inovasi karya anak bangsa ini tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja perkebunan sawit, tetapi juga menjadi bagian dari revolusi alat bantu kerja berbasis biomekatronika di sektor agrikultur nasional.(jdi/swi)

  

Terkini