Perundingan UE Selesai, Indonesia Siap Ekspor Produk Turunan Sawit dan Kelapa

Senin, 16 Juni 2025 | 15:09:14 WIB
Suasana perundingan Uni Eropa. (Foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Walau jumlah ekspor terus meningkat, namun selama ini beragam produk turunan kelapa sawit yang berasal dari Indonesia banyak sekali mendapatkan tekanan dan penghadangan dari Uni Eropa (UE),

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan proses perundingan demi perundingan, tampaknya UE mulai bersikap lunak dan membuka diri lebih lebar terhadap produk berbasiskan kelapa sawit dan komoditas lainnya yang berasal dari Indonesia.

Seluruh situasi kondusif di atas, seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Senin (16/6/2025), seturut mulusnya perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Airlangga Hartarto, sendiri telah memaparkan situasi terbaru terkait perundingan IEU-CRPA dalam sebuah diseminasi di kantor Kemenko Perekonomian dan dihadiri banyak pihak yang terkait, termasuk dari kalangan pengusaha.

Mantan Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut mengatakan bahwa ada beberapa komoditas utama yang selama ini mendominasi ekspor Indonesia ke UE.

Yakni minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan berbagai produk turunannya, bijih tembaga, fatty acids untuk oleokimia. Kemudian, produk alas kaki, bungkil kelapa sawit, besi baja, lemak cokelat, kopra kelapa, produk berbasis karet, serta permesinan.

Sepanjang 2024, kata Airlangga Hartarto, pasar UE tercatat menyumbang sebanyak 6,5 persen atau sekitar USD 17,35 miliar dari total ekspor Indonesia yang sebesar USD 264,70 miliar.

''Dalam kurun waktu 2021 hingga 2024, kinerja ekspor Indonesia ke UE menunjukkan tren yang dinamis,'' tutur Airlangga Hartarto lebih lanjut.

Nilai ekspor Indonesia ke UE ungkap Airlangga Hartarto, mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2022 dengan nilai ekspor sebesar USD 21,53 miliar.

Namun, sambungnya lagi, sempat terjadi penurunan nilai ekspor di tahun berikutnya atau di tahun 2023, sebelum akhirnya kembali naik sedikit menjadi USD 17,35 miliar pada 2024.

''UE siap mencapai kesepakatan terbaik pada kepentingan Indonesia pada sektor energi terbarukan, pengembangan kendaraan listrik, produk alas kaki dan pakaian, minyak sawit dan perikanan,'' kata Airlangga Hartarto.

Terkait ekspor produk perikanan, dia menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia juga akan meminta UE untuk memberikan preferensi yang serupa dengan negara mitra lain.

Oleh karena itu, UE bersedia membuka lebih banyak akses pasar untuk produk unggulan Indonesia seperti kelapa sawit, sepatu, tekstil, dan ikan kaleng, terutama ikan tuna.

“Untuk memaksimalkan manfaat tersebut, Indonesia perlu memastikan kesiapan industri domestik, memperkuat ekosistem pendukung ekspor, serta melakukan harmonisasi kebijakan lintas sektor,” ungkapnya. (jdi/mdp)

 

 

 

Terkini