Hasil Riset, Tankos Sawit Dijadikan Papan Gypsum

Hasil Riset, Tankos Sawit Dijadikan Papan Gypsum
Tankos sawit yang bisa diolah kembali dijadikan papan gypsum. (foto istimewa)

Yogyakarta, BGNNEWS.CO.ID - Tandan kosong (tankos) yang merupakan limbah sawit dan dianggap tak bernilai ternyata banyak manfaatnya.

Hasil pengembangan riset, tankos sawit tersebut dapat digunakan untuk membuat gypsum berpori secara alami tanpa tambahan bahan kimia sehingga lebih ramah lingkungan. Hal ini terungkap berdasarkan penelitian yang dilakukan dosen dari Fakultas Pertanian, INSTIPER Yogyakarta, yaitu Kuni Faizah SSi MSc (Dosen Program Studi Teknik Pertanian) dan Dina Mardhatillah STp MSi (Dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian).

Hasil penelitian kedua akademisi beda pengampu di dua program studi (prodi) ini mengembangkan inovasi berbasis biomassa di bidang Perkebunan dan kehutanan, yang menghasilkan produk-produk inovatif yang berkelanjutan. Bahkan hasil riset tersebut telah mendapatkan paten dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hak Asasi Manusia.

Informasi yang dihimpun, hasil penelitian yang dilakukan dua akademisi dari INSTIPER Yogyakarta ini mengolah tandan kosong sawit dan sabut kelapa menghasilkan asap cair sebagai porous agent. Porous agent tersebut dapat digunakan untuk membuat gypsum berpori secara alami tanpa tambahan bahan kimia berbahaya, sehingga lebih ramah lingkungan. 

Kuni Faizah mengungkapkan riset porous agent dari tandan kosong sawit (tankos) mulai dilakukan 2019 lalu dan dikembangkan sejak beberapa tahun terakhir. Alasannya cukup sederhana yakni limbah tandan kosong kelapa sawit di Indonesia jumlahnya sangat banyak.Selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.

''Di sisi lain, dari limbah ini bisa dihasilkan asap cair yang mengandung senyawa mudah menguap (seperti asam asetat dan fenol), yang ternyata bisa digunakan untuk membentuk pori-pori kecil dalam bahan seperti gypsum. Jadi, tujuannya adalah menciptakan bahan baru yang lebih ringan, berpori, dan punya fungsi tambahan, sekaligus mengurangi limbah,'' katanya.

Awalnya, pihaknya fokus pada tandan kosong sawit (tankos) yang merupakan limbah perkebunan dengan jumlah melimpah di Indonesia. Namun seiring perkembangan riset, pihaknya juga menguji limbah biomassa lain seperti sabut kelapa, yang menunjukkan hasil serupa dalam membentuk struktur berpori. Secara umum, asap cair yang dihasilkan dari biomassa ini mengandung senyawa volatil organik (seperti asam asetat dan fenol) yang dapat menciptakan pori secara alami ketika dicampurkan ke dalam bahan berbentuk slurry yang memiliki karakteristik serupa gypsum.

Kuni mengutarakan perbedaaan porous agent dari tankos sawit dibandingkan bahan konvensional. Yang membedakan adalah mekanismenya. “Porous agent dari asap cair bekerja secara fisik melalui fenomena gas blowing. Saat asap cair dicampur dengan bahan basah, senyawa volatilnya menguap dan membentuk gelembung-gelembung kecil yang kemudian menjadi pori saat bahan tersebut mengeras.

“Berbeda dengan porous agent konvensional yang umumnya memerlukan reaksi kimia atau penambahan surfaktan, pendekatan ini tidak membutuhkan bahan tambahan sintetis, lebih sederhana, dan berasal dari limbah yang sebelumnya kurang dimanfaatkan. Hasilnya adalah material berpori yang lebih ramah lingkungan dan berbiaya lebih rendah,” terangnya.

Sedangkan, tantangan utama terletak pada proses pemurnian asap cair. Asap cair yang masih mengandung residu seperti TAR (Total Aerosol Residue) dapat mengganggu terbentuknya pori dan menyebabkan warna atau tekstur permukaan bahan menjadi tidak merata. (jdi/majalahsawit)

Berita Lainnya

Index