Ramah Lingkungan, Lilin Berbasis Sawit jadi Primadona dan Tembus US$ 8,4 Miliar

Ramah Lingkungan, Lilin Berbasis Sawit jadi Primadona dan Tembus US$ 8,4 Miliar
Lilin berbasis sawit. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Pasar lilin berbasis sawit pada tahun 2024 diperkirakan mencapai US$ 8,4 miliar. Menariknya lagi, minyak sawit menjadi salah satu bahan utama di balik lonjakan permintaan ini.

Minyak sawit, yang berasal dari sumber nabati dan terbarukan, memainkan peran penting dalam industri lilin modern. Tidak hanya menjadi alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga memberikan keunggulan teknis yang signifikan dibandingkan bahan lilin berbasis parafin.

Amerika Utara dan Eropa Pimpin Konsumsi Lilin Dunia

Secara geografis, Amerika Utara menjadi konsumen terbesar lilin dengan menguasai 40% pangsa pasar global. Tradisi penggunaan lilin dalam dekorasi rumah, hadiah, hingga momen-momen keagamaan seperti Natal menjadi faktor utama tingginya permintaan.

Sementara itu, Eropa menyusul dengan pangsa pasar sekitar 30%. Negara-negara seperti Jerman, Inggris, dan Prancis menunjukkan tren konsumen yang semakin peduli terhadap produk ramah lingkungan. Menurut laporan Asosiasi Produsen Lilin Eropa, rata-rata setiap warga Uni Eropa mengonsumsi sekitar 1,69 kg lilin pada 2023, dan separuh dari mereka menggunakan lilin setidaknya sekali seminggu—dengan perempuan tercatat sebagai pengguna yang lebih sering dibandingkan laki-laki.

Asia juga mulai menanjak sebagai kawasan dengan pertumbuhan tercepat dalam konsumsi lilin, seiring meningkatnya pendapatan masyarakat di negara-negara seperti Tiongkok, India, dan Jepang.

Minyak Sawit: Bahan Utama dalam Produksi Lilin Modern

Minyak sawit tidak hanya berperan sebagai bahan baku tambahan. Beberapa komponen penting lilin berasal langsung dari fraksi minyak sawit yang memiliki fungsi khusus:

Palm Stearin: Fraksi padat dari minyak sawit ini memiliki titik leleh tinggi dan struktur kristalin yang memberikan kekuatan dan kestabilan lilin, terutama dalam iklim hangat.

Palm Kernel Stearin: Lebih keras dari palm stearin, bahan ini cocok dicampur dengan lilin lain untuk menyesuaikan karakteristik meleleh dan daya tahan.

Asam Lemak dan Alkohol Lemak: Seperti asam stearat dan alkohol setil, berperan penting dalam mengeraskan lilin serta meningkatkan kualitas campuran lilin agar lebih stabil dan tahan lama.

Gliserin: Produk sampingan dari sawit ini kerap digunakan sebagai pelembap dalam campuran lilin untuk mencegah retak dan menjaga kelembapan. Gliserin juga membantu mendistribusikan aroma secara merata pada lilin beraroma.

Dilansir dari MPOC, Minggu (6/7/2025), dibandingkan dengan lilin berbasis parafin yang berasal dari minyak bumi, lilin dari bahan sawit menawarkan keunggulan nyata: waktu bakar lebih lama, produksi jelaga lebih minim, dan bebas dari zat kimia berbahaya seperti benzena dan toluena. Karakteristik ini membuatnya lebih aman digunakan di dalam ruangan, termasuk untuk produk-produk lilin aromaterapi dan dekoratif.

Palm wax juga memiliki daya serap aroma yang baik dan menghasilkan tekstur halus serta tampilan estetis yang cocok untuk berbagai bentuk lilin, mulai dari lilin kontainer hingga pilar.

Salah satu nilai jual utama lilin berbahan minyak sawit adalah keberlanjutannya. Minyak sawit merupakan sumber daya yang dapat diperbarui dan secara signifikan lebih ramah lingkungan dibandingkan parafin berbasis fosil. Produk minyak sawit asal Malaysia juga umumnya telah bersertifikasi MSPO (Malaysian Sustainable Palm Oil), menjamin bahwa produk tersebut diproduksi secara lestari dan dapat ditelusuri asal-usulnya.

“Dengan pasar yang terus tumbuh, terutama dari kalangan konsumen sadar lingkungan dan penggemar produk alami, lilin berbasis minyak sawit memiliki peluang besar untuk menjadi pilihan utama di seluruh dunia,” tulis Hajar Shamsudin dalam analisanya. (jdi/ifs)

 

 

Berita Lainnya

Index