Gunungkidul, BGNNEWS.CO.ID - Demi menciptakan cita rasa kopi yang sangat berkualitas, Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar riset bersama dengan salah satu perusahaan swasta nasional, PT Kirana Tata Nagari (KTN).
Sebagai informasi, Indonesia termasuk ke dalam empat negara produsen kopi terbesar di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Pada 2024, Indonesia memproduksi sekitar 6,2 persen atau sekitar 654,000 ton dari total 10,49 juta ton produksi kopi dunia.
Terdapat 12 jenis kopi asal Indonesia yang telah memiliki indikasi geografis, seperti kopi Arabika Gayo, Robusta Lampung, Arabika Java Preanger, dan Java Arabika Sindoro-Sumbing.
Kolaborasi ini, dilakukan karena melihat adanya perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini yang memiliki kebiasaan mengonsumsi kopi
Seperti keterangan resmi yang dikutip BGNNEWS.CO.ID, Selasa (22/7/2025), BRIN dan PT KTN menilai perkembangan tersebut perlu diikuti dengan peningkatan produksi kopi yang berkualitas, memiliki rasa spesial, dan aman dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
''Riset bersama ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan kopi siap konsumsi yang berkualitas dan aman dikonsumsi,'' ucap periset PRTPP BRIN secara daring melalui Webinar NgajiTekProP Seri #21, Titiek Farianti Djaafar.
Titiek Farianti Djaafar lalu mengungkapkan hasil surveinya di beberapa daerah dan terungkap ditemukannya jamur Aspergillus sp. pada biji kopi.
''Jamur tersebut telah diketahui mampu memproduksi mikotoksin yaitu Okratoksin A yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Cemaran jamur ini ditemui pada saat proses pengolahan kopi, yaitu saat fermentasi hingga pengeringan,'' ujar Titiek.
Menurutnya, pencegahan cemaran jamur penghasil mikotoksin pada biji kopi tersebut dapat dilakukan dengan pencegahan secara biologis.
''Pencegahan secara biologis dilakukan dengan memanfaatkan mikrobia lokal seperti bakteri asam laktat, bakteri asam asetat, dan yeast yang telah diteliti mampu menghambat pertumbuhan jamur penghasil mikotokasin,'' paparnya.
Keberhasilan penelitian penghambatan sintesis mikotoksin oleh jamur yang dilakukan oleh Titiek dan tim pada komoditas kakao akan diuji juga pada komoditas kopi.
Penambahan bakteri asam laktat, bakteri asam asetat, dan yeast lokal yang dimiliki Titiek dan tim pada fermentasi biji kakao dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger YAC-9, serta menghambat sintesa Okratoksin A.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Mirwan Ushada menjelaskan, rekayasa dan teknologi kansei untuk desain produk pangan.
Mirwan Ushada menjelaskan bahwa rekayasa kansei bertujuan untuk mengukur seberapa sensitif perubahan parameter produk terhadap faktor manusia dalam memberikan nilai tambah suatu produk. (jdi/mdp)