Menimalisir Risiko Kecelakaan Lalu Lintas, Indonesia Harus Contoh Negara Maju yang Hapus Truk Odol

Sabtu, 19 Juli 2025 | 10:32:15 WIB
Ilustrasi truk ODOL. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Dominasi angkutan jalan di Indonesia 80 persen pasar freight (pengiriman barang) via Full Truck Load (muatan truk penuh) dan ketergantungan pada truk untuk distribusi barang, terutama e-commerce dan manufaktur. Makanya hal ini membuat masalah Over Dimensionand Over Load (ODOL) lebih kompleks dibandingkan negara dengan infrastruktur kereta api lebih maju.

Menurut pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, pengoperasian truk ODOL dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas, membahayakan keselamatan pengguna jalan, serta menyebabkan kerusakan infrastruktur.

''Makanya untuk mengatasi segala hal ini, pemerintah disarankan untuk mencontoh negara maju dalam mengatasi permasalahan truk dengan dimensi dan muatan melebihi ketentuan ODOL,'' kata Yannes Martinus Pasaribu.

Negara-negara maju tersebut yang dimaksud Yannes adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa umumnya sudah mengoptimalkan pemanfaatan kereta api untuk pengangkutan barang dalam jarak jauh, sehingga beban pengangkutan menggunakan truk tidak terlalu dominan.

Menurut Yannes, negara maju tersebut memanfaatkan dukungan teknologi dan sistem terpadu untuk mengefisienkan pengawasan dan pengenaan sanksi terkait pengoperasian truk ODOL.

"Eropa memberikan denda dihitung berdasarkan kelebihan muatan per ton dan jarak tempuh, dan pelanggar berulang akan kena sanksi ganda dan pencabutan izin operasi. AS pakai sensorWeigh-in-Motion(WIM) terintegrasi dengan GPS dan basis data kepolisian, truk ODOL otomatis ditilang viae-ticket," ujarnya.

Sementara itu, Jepang menggunakan sistem mengatur batas muatan maksimum kendaraan pengangkut berdasarkan jenis jalan, seperti jalan nasional dan lokal.

"Mereka juga mewajibkan tracking system (sistem pelacakan) untuk truk barang," tutur Yannes. (jdi/antara)

 

Terkini