Inovasi Sangat Dibutuhkan untuk Keberlanjutan Hilirisasi Industri Sawit

Senin, 09 Juni 2025 | 12:10:26 WIB
Ilustrasi petani sedang mendorong gerobok berisi sawit. (Foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Industri sawit Indonesia, sebagai salah satu penghasil terbesar di dunia, harus menunjukkan bahwa praktik agribisnis bisa dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan dan berpihak pada masyarakat.

''Keberlanjutan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Sebagai salah satu produsen terbesar, Indonesia punya tanggung jawab moral dan strategis. Praktik berkelanjutan tidak hanya soal menjaga lingkungan, tapi juga membangun nilai bersama dengan masyarakat sekitar,'' kata Head of Learning and Development PT SMART Tbk, Dodi Mulyanto dalam sebuah seminar yang diadakan Indonesian Planters Society (IPS) beberapa waktu lalu.

Untuk itu peran generasi muda dalam mendorong perubahan sangat diperlukan. Menurutnya, generasi saat ini lebih kritis terhadap isu sosial dan lingkungan. Mereka tidak hanya ingin bekerja, tapi juga ingin berkontribusi dalam sistem yang etis dan berkelanjutan.

''Kita harus menciptakan lingkungan kerja yang ramah dan mendukung semua karyawan. Fasilitas harus baik, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menjalankan praktik yang tidak merusak,'' katanya.

Sebagai penulis buku “Menjadi Planters yang Terpercaya”, Dodi juga menekankan bahwa keberlanjutan harus terwujud dari hulu ke hilir. Tantangan seperti pengelolaan limbah dan jejak karbon harus ditangani dengan teknologi dan komitmen yang kuat.

“Ini bukan sekadar patuh pada regulasi, tapi soal membuktikan bahwa kita memang serius menjaga lingkungan. Monitoring dampak produksi dengan teknologi itu penting,” katanya.

Namun, isu lingkungan bukan satu-satunya perhatian. Dalam konteks internal organisasi, Dodi menilai komunikasi dan kolaborasi antargenerasi juga menjadi kunci. Ia mengakui bahwa gaya kerja dan ekspektasi tiap generasi berbeda, dan perusahaan harus mampu menjembatani itu.

“Kita perlu memahami karakteristik unik setiap generasi. Ruang kolaborasi yang inklusif akan memperkuat sinergi dan meningkatkan produktivitas,” tambahnya.

Menariknya, untuk menggambarkan pentingnya komunikasi yang efektif, Dodi menggunakan analogi sederhana: pisang goreng.

“Ketika kita menawarkan pisang goreng, kita harus tahu dulu apa yang diinginkan orang. Apakah mereka suka yang renyah atau manis? Filosofinya sederhana, tapi ini soal bagaimana kita bisa menarik perhatian, mendengar kebutuhan, dan menyampaikan pesan dengan tepat,” jelasnya.

Dengan pendekatan yang menggabungkan nilai-nilai lokal, inovasi, dan keberlanjutan, ia berharap bisa menjadi pionir dalam transformasi industri sawit. Perusahaan ini juga terus mendorong upaya berkelanjutan melalui pelatihan internal, kemitraan masyarakat, dan adopsi teknologi baru. (jdi/ifs)

 

 

Terkini