Rencana Kerja Strategis, Finalis Duta Bahasa Riau 2025 Presentasikan Krida

Rencana Kerja Strategis, Finalis Duta Bahasa Riau 2025 Presentasikan Krida
Peserta Duta Bahasa Riau 2025. (Foto Cindi)

Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID – Sebanyak 20 finalis Duta Bahasa Riau 2025 yang terdiri dari 10 pasang terpilih telah mempresentasikan krida mereka, yakni rancangan program kerja yang akan dijalankan selama masa tugas mereka menjabat sebagai duta bahasa. Presentasi ini dilaksanakan pada Kamis, 22 Mei 2025, dan menjadi momentum penting dalam proses seleksi untuk menentukan perwakilan Riau ke tingkat nasional.

Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi Balai Bahasa Provinsi Riau, Raja Saleh menjelaskan, bahwa krida merupakan tolak ukur komitmen dan kreativitas para finalis dalam mengembangkan bidang kebahasaan, kesastraan, dan literasi di tengah masyarakat. 

''Krida ini akan memberikan kontribusi sebesar 20% terhadap total nilai penilaian finalis. Selain itu, krida juga menjadi representasi nyata dari ide dan komitmen peserta dalam bidang kebahasaan,'' ujarnya.

Dalam prosesnya, para finalis berdiskusi dan bekerja sama untuk mengembangkan rencana kerja yang realistis dan berdampak bagi masyarakat. Setiap pasangan finalis diwajibkan menyusun satu krida, sehingga total terdapat 10 krida yang telah dirumuskan.

Dalam presentasi tersebut, setiap pasangan finalis menyampaikan program unggulan yang akan mereka laksanakan setelah menyandang predikat Duta Bahasa Riau. Program-program ini bervariasi, mulai dari pelatihan bahasa daerah, kampanye literasi digital, hingga dokumentasi sastra lisan masyarakat.

Namun, Raja Saleh menekankan bahwa krida yang akan dibawa ke tingkat nasional tidak harus berasal dari peserta yang memenangkan seleksi di tingkat provinsi. ''Peserta yang lolos ke tingkat nasional boleh memilih krida dari tim lain yang dinilai lebih rasional dan dapat dilaksanakan secara optimal. Ini mendorong kolaborasi, bukan sekadar kompetisi,'' tambahnya. 

Krida memiliki bobot yang besar dalam seleksi nasional Duta Bahasa, di mana para duta bahasa dari 30 provinsi akan bersaing menampilkan program-program terbaik mereka. Nilai krida cukup signifikan di tingkat nasional dan sering kali menjadi pembeda utama antara peserta.

Raja Saleh menyoroti kesuksesan program-program unggulan yang lahir dari krida Duta Bahasa sebelumnya. Salah satunya adalah Jaga Bahasa, sebuah kegiatan berbasis literasi yang mengangkat isu pelestarian bahasa daerah melalui kemah literasi, pemantauan bahasa di ruang publik, hingga dokumentasi sastra lisan masyarakat.

''Kegiatan seperti membuat drama berbahasa daerah, film pendek, atau wawancara sastra lisan adalah hasil nyata dari krida yang dilaksanakan para finalis sebelumnya. Ini berdampak langsung dalam upaya pelestarian bahasa dan kesastraan daerah,'' jelasnya.

Tahun lalu, kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten Siak, yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat. ''Di Kabupaten Siak, misalnya, para pelajar dilatih membuat film pendek berbahasa daerah. Ini bentuk pelestarian bahasa yang kontekstual dengan zaman sekarang,'' jelasnya.

Di tengah tantangan era digital, krida juga diarahkan untuk menjawab kebutuhan generasi muda. Salah satunya dengan mendigitalisasi karya sastra daerah dalam bentuk audio-visual agar dapat disebarkan melalui perangkat digital.  Raja Saleh menilai krida harus menyesuaikan dengan teknologi yang digunakan generasi muda. “Digitalisasi sastra lisan, cerita rakyat, dan film pendek berbasis bahasa daerah harus menjadi prioritas. Kita ingin karya itu masuk ke gawai generasi muda agar mereka bisa membacanya, bahkan menontonnya,” tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa krida tidak hanya berfokus pada bahasa Indonesia, tetapi juga mendukung pelestarian bahasa daerah serta penguatan penguasaan bahasa asing. Hal ini sesuai dengan prinsip utama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa trigatra bangun bahasa: mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.

''Ketiga aspek bahasa itu bisa dan seharusnya berjalan seimbang. Krida adalah wadah untuk menyatukan ketiganya dalam bentuk program konkret,'' imbuhnya.

Raja Saleh berharap kreativitas para finalis tidak berhenti sebagai wacana atau perlombaan semata, namun benar-benar dilaksanakan bersama Balai Bahasa Provinsi Riau dan pihak-pihak terkait. ''Duta Bahasa adalah mitra strategis Balai Bahasa. Kolaborasi inilah yang akan membawa perubahan nyata dalam kebahasaan dan kesastraan di Riau, bahkan Indonesia,'' ungkapnya.

Raja menyampaikan harapannya agar krida yang dipresentasikan tidak berhenti sebagai konsep atau bahan lomba semata. “Finalis Duta Bahasa harus menjadi mitra aktif Balai Bahasa. Mereka harus menjalankan krida yang telah disepakati bersama sebagai bentuk pengabdian nyata terhadap bahasa, sastra, dan literasi di Riau,” pungkasnya. (ndi)

Berita Lainnya

Index