Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID – Jenderal TNI (Purn) Prof Dr HA Dudung Abdurachman SE MM, Penasihat Presiden RI Bidang Pertahanan menjadi pembicara utama dalam kuliah umum yang digelar Universitas Islam Riau (UIR) pada Jumat (2/5/2025) di Gedung Rektorat UIR.
Kehadiran Jenderal Dudung menjadi magnet tersendiri bagi ratusan mahasiswa dan civitas akademika dalam kuliah umum bertajuk 'Menjaga NKRI Menuju Indonesia Emas 2045' ini.
Dalam kuliah umum tersebut, Jendral Dudung menyampaikan beragam hal penting dan inspiratif terkait peran generasi muda dalam menjaga keutuhan NKRI dan menyongsong visi besar Indonesia Emas 2045.
Dalam paparannya, Jenderal Dudung menyoroti pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang kini dimiliki Indonesia. Ia mengutip kondisi di Jepang yang setiap tahunnya kekurangan tenaga kerja yang signifikan.
''Kenapa saat ini Jepang membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia hampir tiap tahun? Karena di jepang kekurangan tenaga kerja. Tetapi 2045, Jika kita tidak mempersiapkan generasi muda dengan baik, maka peluang ini justru bisa menjadi tantangan besar bagi Indonesia apabila kita tidak menyiapkan dengan baik, maka akan menjadi malapetaka,'' ujarnya.
Ia mengisahkan pengalamannya saat menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer. Ketika mengikuti kompetisi di Jepang, perwakilan Indonesia berhasil meraih juara umum dari Angkatan Darat dan juara dua dari Angkatan Udara.
Prestasi ini, menurutnya, mencerminkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang luar biasa. ''Cuman memang sarana dan prasarana di negara kita belum memenuhi,'' ujarnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bagaimana disrupsi teknologi memengaruhi karakter generasi masa kini. ''Perubahan yang terjadi di era disrupsi adalah perubahan karakter generasi ini,'' katanya.
Ia menggambarkan perbedaan karakter generasi milenial—yang lahir sekitar tahun 1980–1985—dengan generasi Z yang lahir sekitar 1995. Generasi milenial dinilai kreatif dan bebas, tetapi cenderung minim interaksi sosial, sementara generasi Z dinilai kritis dan cepat beradaptasi dengan teknologi, namun memiliki ekspektasi tinggi akan kecepatan dan kemudahan.
Jenderal Dudung juga mewanti-wanti mahasiswa untuk lebih bijak menyikapi informasi yang beredar di media sosial. Ia menyebut fenomena meningkatnya fitnah dan ujaran kebencian sebagai ancaman serius bagi persatuan bangsa.
''Kita perlu mewaspadai dengan berita-berita di media sosial yang saat ini mulai ramai membicarakan suatu kelompok,'' ujarnya.
Ia mengutip pernyataan Presiden Soekarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
Jendral Dudung juga mengingatkan kembali perjuangan penuh pengorbanan para pahlawan, seperti dalam peristiwa 10 November 1945 yang menewaskan lebih dari 16.000 pejuang. Ia menyoroti sosok Bung Tomo yang saat itu masih berusia 29 tahun, usia yang setara dengan sebagian mahasiswa saat ini. “Itu menjadi bukti bahwa anak muda bisa memberikan kontribusi besar untuk bangsa,” ujarnya.
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, Jenderal Dudung menekankan tiga bidang utama yang harus menjadi fokus mahasiswa: pendidikan, ekonomi dan kewirausahaan, serta teknologi dan digitalisasi. “Bagaimana pendidikan menjadi wadah untuk meningkatkan kompetensi, belajar dengan baik, berinteraksi. Berinovasi untuk berwirausaha dengan memanfaatkan teknologi. Memanfaatkan platform digital untuk hal positif sehingga dapat menambah ilmu, kaya pengetahuan,” jelasnya.
Di akhir sesi, Jenderal Dudung menyampaikan pesan motivasi yang menggugah semangat para mahasiswa. ''Kalau kita ingin sukses, ada tiga kunci sukses: pertama, lupakan masa lalu karena masa lalu tidak akan kembali lagi. Kedua, lakukan yang terbaik hari ini secara optimal. Dan yang terakhir, cita-cita dari sebuah harapan,'' ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya syukur dan keyakinan diri dalam menghadapi tantangan hidup. “Teruslah bersyukur hingga kita lupa caranya mengeluh, karena bersyukur bukan karena semua baik-baik saja, tetapi karena kita percaya selalu ada sisi baik di balik sesuatu yang kita anggap tidak baik,” ujarnya. Ia menambahkan, “Rezeki datang dari Tuhan. Dikejar ke mana pun belum tentu dapat, tapi rezeki sudah tahu siapa pemiliknya. Tidak semua bisa dimiliki, tapi semua bisa disyukuri.”
Menjawab pertanyaan mahasiswa mengenai maraknya penggunaan bahasa asing di dunia pendidikan, ia menjelaskan bahwa penguasaan bahasa Inggris penting untuk komunikasi internasional. Namun, penggunaan bahasa Indonesia di forum resmi tetap harus dijaga sebagai bentuk nasionalisme. “Presiden kita pun di forum internasional sering menggunakan Bahasa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kita tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan,” ujarnya.
Jenderal Dudung menutup kuliah umum dengan pesan mendalam kepada para mahasiswa agar tidak menjadi generasi yang biasa-biasa saja. “Apabila kalian ingin sukses, harus memiliki imajinasi, inovasi, visi dan misi, serta cita-cita dan harapan. Kalau tidak punya itu semua, maka kalian hanya akan menjadi manusia biasa-biasa saja,” ungkapnya. (Ndi)