Pasca Tarif Resiprokal Trump

Tingkatkan Eksport Sawit ke AS, Indonesia Pilih Jalur Diplomasi dan Negoisasi

Tingkatkan Eksport Sawit ke AS, Indonesia Pilih Jalur Diplomasi dan Negoisasi
Minyak sawit salah satu industri dari hilirisasi sawit. (Foto istimewa)

JAKARTA, BGNNEWS.CO.ID - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada Sosialisasi dan Masukan Asosiasi dan Pelaku Usaha dari 10 komoditas yang nilai ekspor Indonesia terbesar ke AS adalah minyak sawit dan fraksinya dengan nilai USD1.229,4 juta, 6,5% ekspor minyak sawit Indonesa ke dunia. Sedang karet menempati posisi 9 dengan nilai USD673 juta, 23% dari ekspor karet Indonesia ke dunia. Ini bisa menjadi target tarif resiprokal 32%.

Namun pasca pasca tarif Resiprokal Trump, dua komoditas perkebunan yang masuk dalam 10 komoditas utama Indonesia ke Amerika Serikat yaitu karet dan sawit harganya turun. Data MPOB harga minyak sawit mentah 2 April RM4.835/ton, 3 April RM 4.791/ton, 4 April RM 4.764/ton dan 7 April RM4.644 ton.

Sedang harga karet tanggal 8 April 2025 Sicom US Cent 163,1/kg dengan kurs Rp16.483/USD (saat ini Rp16.800/USD) harga karet KKK 100% Rp26.884. Sedang tanggal 27 Maret 2025 USD Cent 195,1/kg dengan kurs Rp16.505/kg harga karet KKK 100% Rp32.201/kg. Hari ini harga karet sudah mulai rebound US Cent 198,4/kg.

Tarif tambahan awal sebesar 10% dikenakan atas semua produk impor dari seluruh negara (kecuali pengecualian tertentu), sudah berlaku sejak 5 April 12.01 EDT. Tarif tambahan spesifik (resiprokal) 32% untuk Indonesia mulai berlaku tanggal 9 April 12.01 EDT atau 9 April jam 11.00 WIB.

Untuk mengatasi hal ini, Indonesia memilih jalur diplomasi dan negoisasi sebagai solusi yang saling menguntungkan, tanpa mengambil langkah retialisasi kebijakan tarif. Salah satunya melalui revitalisasi perjanjian TIFA (ASEAN US Trade and Invesment Framework Agreement ). 

Saat ini semua negara ASEAN fokus pada kebijakan tarif resiprokal ini. Diperlukan kerjasama antar negara-negara anggota ASEAN untuk mengatasi isu ini dan implikasi yang lebih luas.

Dalam pertemuan KBRI dengan USTR (United States Trade Representative) tanggal 3 April dinyatakan bahwa USTR belum menerima arahan spesifik dari Presiden Trump. USTR terbuka menerima proposal konkret dari negara mitra , usulan harus disampaikan secepat mungkin. Khusus karet dan sawit Indonesia minta isu dipandang dalam konteks rantai pasok global.

Sekretaris Eksekutif GAPKINDO Sumut, Edy Irwansyah, khusus untuk karet remah (HS Code 4001.22) hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi mengenai apakah produk dari Indonesia akan diikenakan tarif tambahan. Namun untuk Tiongkok berdasarkan Harmonized Tariff Schedule AS. HS ini dikenakan tarif tambahan 25 persen. (jun/mediaperkebunan)

 

 

 

 

Berita Lainnya

Index