Bandung,BGNNEWS.CO.ID - Inovasi energi terbarukan kembali lahir dari kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Dosen muda Teknik Kimia, Bioenergi, Virdi Chaerusani, tengah mengembangkan katalis sawit yang mampu mengubah limbah sawit menjadi bensin ramah lingkungan.
Inovasi ini digadang-gadang menjadi salah satu terobosan penting dalam pengelolaan limbah perkebunan sawit sekaligus penguatan bauran energi hijau nasional.
''Katalis ini sangat penting untuk mengubah limbah sawit menjadi bensin yang bisa digunakan sebagai bahan bakar. Proses riset kami masih berjalan dan kapasitasnya mencapai seribu liter per hari,” ujar Virdi di sela Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 di ITB, Sabtu (9/8/2025).
Saat ini, penelitian masih berada pada tahap skala pilot dengan kapasitas produksi 1.000 liter bensin sawit per hari. Distribusi ke masyarakat belum dilakukan karena produk masih melalui tahap pengujian dan penyempurnaan. Rencana berikutnya adalah meningkatkan kapasitas hingga siap dikomersialisasikan.
Virdi menjelaskan bahwa katalis berfungsi mempercepat reaksi kimia dan mengarahkan hasil reaksi sesuai target. Dalam proyek ini, minyak sawit dan limbahnya diproses menjadi bensin yang memenuhi standar kualitas. Ke depan, ia menargetkan teknologi ini terintegrasi dengan pengolahan sawit rakyat agar limbah bisa dimanfaatkan maksimal.
“Limbah padat sawit, sterin, akan diolah menjadi kerut untuk produksi bensin sawit lebih lanjut. Sedangkan fraksi cairnya akan diolah menjadi minyak makan berkualitas tinggi. Jadi semua limbah dapat diolah secara optimal,” paparnya.
Alumni ITB, Aufa Rafiki Nisya menambahkan, bahwa katalis bukan hanya mempercepat proses, tapi juga menentukan produk akhir yang dihasilkan. “Katalis dapat mempercepat reaksi hingga miliaran kali lebih cepat. Selain itu, katalis mengarahkan minyak sawit menjadi bensin atau diesel sesuai kebutuhan,” jelas Aufa.
Menurutnya, keberhasilan teknologi ini akan menjadi game changer dalam industri energi terbarukan. Selain mengurangi limbah, teknologi ini juga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan membantu Indonesia mencapai target net zero emission.
Baik Virdi maupun Aufa sepakat bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk mempercepat komersialisasi katalis sawit ini. Dukungan dari pemerintah, industri energi, dan pelaku perkebunan akan mempercepat teknologi ini sampai ke tangan masyarakat.
Dengan potensi 16,8 juta ton limbah sawit per tahun di Indonesia, teknologi katalis ini berpeluang besar menjadi sumber bensin ramah lingkungan yang berkelanjutan, sekaligus membuka lapangan kerja baru di sektor energi hijau. (jdu/els)