Jakarta,BGNNEWS.CO.ID - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) telah menunjukkan langkah konkret yang membekas dalam pembangunan sektor sawit nasional.
Lembaga yang dulunya bernama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kini sudah punya cakupan tanggung jawab yang lebih luas, mencakup kelapa dan kakao. Namun, pondasi kokoh yang dibangun lewat pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor sawit tetap menjadi ruh utama dalam melangkah ke masa depan.
Kepala Divisi Program Pelayanan BPDP, Arfie Thahar MM menyebutkan, pengembangan SDM bukan sekadar program, melainkan investasi jangka panjang yang mulai menunjukkan buahnya.
''Sejak 2015, kami konsisten mengadakan program pendidikan dan pelatihan, tidak hanya untuk pekebun, tapi juga keluarga mereka, tenaga pendamping, penyuluh, hingga masyarakat sekitar kebun. Tujuannya satu, yakni menciptakan SDM yang terampil, profesional, dan berdedikasi tinggi terhadap industri sawit,'' Arfie dalam keterangan resmi dikutip, Minggu (3/8/2025).
Ada dua pilar utama yang dijalankan BPDP dalam menguatkan SDM sawit, pelatihan teknis dan manajerial, serta beasiswa pendidikan formal.
Pelatihan diberikan dari hulu ke hilir—mulai dari teknik budidaya, panen, pascapanen, hingga manajemen dan kewirausahaan. Total ada 11 jenis pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan pekebun di berbagai wilayah.
Kemudian, program beasiswa menyasar pendidikan dari jenjang D1 sampai S1, menggandeng kampus-kampus yang memiliki kompetensi di bidang perkebunan sawit. Kurikulum juga dirancang khusus untuk menjawab tantangan industri, dari teknologi pengolahan, teknik mesin dan informatika, hingga logistik berbasis kelapa sawit.
Saat baru dimulai pada 2016, program beasiswa BPDP hanya menggandeng tiga kampus, dengan 330 mahasiswa penerima. Kini, dalam waktu kurang dari 10 tahun, capaian itu melonjak tajam. BPDP telah bermitra dengan 24 lembaga pendidikan di 10 provinsi, dan berhasil menjangkau lebih dari 9.265 penerima beasiswa.
Kampus mitra tersebar dari Politeknik Aceh di ujung barat, hingga Polbangtan Manokwari di ujung timur, memperlihatkan semangat pemerataan dan inklusivitas.
Sampai akhir 2024, sebanyak 4.410 orang tercatat telah menyelesaikan pendidikan mereka melalui program beasiswa BPDP. Mayoritas merupakan lulusan dari jenjang D1 dan D2, yaitu sebanyak 2.630 orang. Sisanya terdiri dari 1.545 lulusan D3 dan 235 lulusan D4 atau S1.
Yang menarik, sekitar 60 persen dari mereka langsung terserap oleh perusahaan perkebunan. Sebagian lagi, sekitar 33 persen, memilih kembali ke kampung halaman untuk mengelola kebun keluarga. Sementara itu, 4 persen melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, dan sisanya merintis jalan sebagai wirausahawan di sektor perkebunan.
Luas kebun sawit Indonesia mencapai 16,3 juta hektare, dan dengan luas sebesar itu, kebutuhan tenaga kerja terampil tak bisa dianggap remeh. Data menyebutkan, industri membutuhkan setidaknya 14.274 SDM per tahun untuk sektor perusahaan, dan 6.204 orang untuk kebun rakyat.
Namun, hingga 2025, program beasiswa baru bisa memenuhi sekitar 19% dari kebutuhan tenaga mandor, dan 28% untuk posisi asisten dan mekanik. Ini menjadi sinyal bahwa peluang masih terbuka lebar, sekaligus tantangan agar program makin diperluas dan disesuaikan dengan dinamika lapangan.
Di sisi lain, pemerintah menargetkan produksi Crude Palm Oil (CPO) nasional mencapai 60 juta ton pada 2030. Namun, jalan ke sana tak mudah. Sebab, produktivitas kebun rakyat masih rendah, hanya sekitar 18 ton TBS per hektare per tahun, dibandingkan dengan kebun perusahaan yang bisa menembus 24 ton, di sinilah peran SDM menjadi krusial.
''Kalau produktivitas kebun rakyat naik, bukan cuma panen yang bertambah. Pendapatan nasional bisa naik hingga Rp115,2 triliun per tahun. Dan itu dimulai dari manusia, dari petani yang semakin cakap dan percaya diri,'' jelas Arfie.
Kini, dengan mandat baru mencakup kelapa dan kakao, BPDP bersiap mengembangkan skema serupa untuk dua komoditas strategis tersebut. Pengalaman panjang di sawit akan jadi acuan, baik dari segi model pelatihan, beasiswa, kurikulum, hingga kerja sama dengan dunia industri.
Prinsipnya sama yaitu berkelanjutan, profesional, dan berbasis kebutuhan nyata di lapangan. Dalam geliat pembangunan perkebunan masa kini, BPDP hadir bukan sekadar sebagai lembaga pengelola dana, tapi sebagai penyulut api semangat—bahwa investasi terbaik dimulai dari manusia. Jika SDM unggul, maka industri akan kokoh. Jika petani cerdas, maka kebun akan makmur. (jdi/els)