DPR RI Dorong Pemerintah Tingkatkan Produksi Kakao Nasional

Jumat, 25 Juli 2025 | 06:17:48 WIB
Perkebunan coklat. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Indonesia pernah menempati posisi mentereng sebagai produsen cokelat terkemuka di dunia. Sayangnya, potensi yang ada itu kini tidak digarap maksimal.

Menurut Anggota Komisi IV DPR RI, Adrianus Asia Sidot, Indonesia masih berpotensi besar untuk kembali menempati posisi produsen cokelat terbesar kedua di dunia, asalkan ada kebijakan pemerintah yang konsisten dan menyeluruh.

Soal ini Adrianus menyoroti minimnya perhatian pemerintah terhadap komoditas cokelat. Baik dalam aspek promosi, pendampingan petani, maupun hilirisasi produk., 

''Selama ini, pemerintah hampir tidak pernah bicara soal cokelat. Yang dibicarakan hanya padi, sawit, atau komoditas besar lainnya. Akibatnya, banyak petani, khususnya generasi muda, tidak mengenal potensi cokelat,'' kata Adrianus dalam pernyataannya dikutip Jumat (25/7/2025).

Adrianus juga menilai selama ini pemerintah abai, hingga petani kakao seolah tanpa arah dan dukungan dari pemerintah. Fluktuasi harga kakao yang tidak dikawal pemerintah juga menjadi penyebab utama menurunnya semangat petani. Harga cokelat bisa anjlok drastis tanpa ada mekanisme pengendalian yang jelas.

''Harga cokelat bisa loncat dari Rp20.000 ke Rp200.000 per kilogram, lalu turun lagi. Ketidakpastian ini membuat petani bingung dan enggan melanjutkan budidaya,'' kritiknya.

Ia menegaskan bahwa menanam cokelat jauh lebih mudah dibandingkan dengan sawit. Sehingga jika didukung dengan bibit unggul, manajemen pascapanen, dan kepastian pasar, petani tidak akan ragu menekuni komoditas ini kembali.

Lebih lanjut, Adrianus menyoroti pentingnya keseriusan pemerintah dalam hilirisasi produk cokelat, yang menurutnya masih jauh dari optimal. Ia menyebut bahwa cokelat bukan sekadar bahan baku untuk permen atau kue, tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi.

Beberapa contoh produk hilirisasi dari cokelat, antara lain, yaitu tepung cokelat untuk bahan makanan dan minuman, minyak cokelat (cocoa butter) untuk industri kecantikan dan farmasi, kosmetik berbahan dasar cokelat, suplemen atau bahan aktif dalam obat-obatan herbal, parfum dan aromaterapi, dan produk-produk premium seperti praline, dark chocolate, atau produk artisan lainnya.

''Cokelat itu punya citra eksklusif. Orang kalau pergi ke Swiss pasti bawa oleh-oleh cokelat. Padahal Swiss tidak punya satu pohon cokelat pun, bahan bakunya dari kita. Kenapa Indonesia tidak bisa memanfaatkan peluang ini? Pemerintah harus serius, bukan hanya bicara hilirisasi tanpa aksi nyata,'' tegasnya.

Komisi IV DPR RI, lanjut Adrianus, siap mendorong anggaran dan regulasi yang mendukung dari hulu hingga hilir. Termasuk di dalamnya adalah program bimbingan teknis (bimtek), pendampingan petani, bantuan peralatan fermentasi dan pengeringan, serta pembukaan akses pasar nasional dan ekspor. (jdi/els)

Terkini