Lewat Program GRS, BPDP Pamerkan Hasil-hasil Riset Tentang Sawit

Senin, 21 Juli 2025 | 07:27:48 WIB
Hasil riset anak bangsa tentang sawit yang dipamerkan BPDP. (foto istimewa)

Bandung, BGNNEWS.CO.ID - Lewat program Grant Riset Sawit (GRS), Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menampilkan beragam hasil penelitian dari perguruan tinggi dan lembaga riset nasional dalam gelaran 3rd Technology and Talent Palm Oil Mill Indonesia (TPOMI) 2025 yang digelar di Holiday Inn Bandung.

Karya anak bangsa ini membuktikan bahwa anak negeri memiliki kapasitas luar biasa dalam mengembangkan teknologi sawit berkelanjutan.

Berikut ini adalah enam hasil riset tim peneliti BPDP dari berbagai insititusi pendidikan yang ditampilkan pada exhibition 3rd TPOMI 2025:

1. Alat Ukur Kualitas Sawit Portable – ITB

Salah satu sorotan utama datang dari tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipimpin oleh Prof Dr Ing Mitra Djamal didampingi Dr Eng Herman MS, Anita Alni PhD dan Dr Nina Siti Aminah MSi. Peneliti ini memperkenalkan alat portable untuk mengukur kualitas kelapa sawit langsung di lapangan tanpa perlu pengujian laboratorium. Alat ini mampu mengukur parameter utama seperti asam lemak bebas, kadar air, kotoran, bilangan yodium, dan DOBI.

''Dengan alat ini kita bisa menunjukan kualitas dari sawit yang ada di pasaran atau darimana saja. Alat ini adalah alat portable yang bisa kita bawa,'' jelas Prof Mitra. 

Ia menambahkan bahwa alat ini diharapkan bisa digunakan di pelosok-pelosok, tidak hanya di laboratorium, ''Ini kita validasi bahwa alat ukur kita memenuhi persyaratan, dan sudah memenuhi, jadi sekarang siap digunakan.''

Meski terkendala pada pengadaan alat presisi yang masih harus diimpor dengan biaya tinggi dan waktu tunggu lama, tim tetap optimis bahwa alat ini akan segera dapat diterapkan di industri sawit nasional.

2. Alat Angkut Brondolan Berbasis AI – Unhas

Tidak kalah menarik, Sofyan Tandungan ST MT dari Universitas Hasanuddin (Unhas) memamerkan inovasi alat pemungut brondolan sawit berbasis teknologi mekanik dan AI. Dari roller bersisir hingga vacuum cleaner otomatis yang mampu mengikuti petani, alat ini dirancang untuk mengurangi risiko kesehatan akibat aktivitas memungut brondolan secara manual.

''Setelah di-vacuum, berondolan akan masuk ke container yang dipikul si robotnya. Robotnya nanti ikut belakang dan bisa mengetahui posisi si petani dan mengikuti dengan sendirinya,'' papar Sofyan. 

Dengan teknologi ini, efektivitas kerja meningkat hingga mampu mengumpulkan 70% brondolan yang sebelumnya tercecer di sekitar pohon sawit.

3. Sabun dan Lotion non SLS Pensuci Najis untuk Muslim – IPB

Dari IPB, Siti Izdihar Arfa Naqiyyag ST memperkenalkan inovasi surfaktan alami berbasis minyak sawit untuk produk personal care seperti face cream, lotion, dan sabun tanah. 

''Ide sabun tanah ini muncul dari hukum dalam agama Islam. Setelah ada inovasi ini, Muslim tidak perlu cari tanah untuk mensucikan najis karena tanahnya sudah terkandung di sabunnya,'' ungkap Siti. 

Produk ini tidak hanya natural, tetapi juga menjadi alternatif pengganti SLS berbasis minyak bumi yang selama ini banyak digunakan di pasaran. Hasil riset ini telah diadopsi oleh PT Ratu Bio Indonesia dan sedang dalam proses sertifikasi halal. Ini menunjukkan bahwa riset berbasis sawit juga mampu menyasar sektor consumer goods yang lebih dekat dengan masyarakat umum.

4. WPC berbasis TKKS – UI

Sementara itu, dari Universitas Indonesia, M Hanif Ainun Azhar ST MS menghadirkan alternatif biomaterial dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Inovasi ini dikembangkan sebagai pengganti serbuk kayu jati atau skam padi yang biasa digunakan dalam industri Wood Polymer Composite (WPC).

''Terbukti ternyata tidak terlalu banyak perbedaan yang dihasilkan dari WPC berbasis TKKS ini sehingga bisa disimpulkan ternyata bisa limbah TKKS untuk digunakan,'' jelas Hanif. Dengan memanfaatkan TKKS sebagai bahan baku lokal, industri dapat memangkas rantai pasok dan biaya produksi secara signifikan.

5. Lithium Complex Biogrease – IPB

Grease atau pelumas padat berbasis limbah sawit juga turut dipamerkan oleh tim IPB yang diwakili oleh Ian Subastiar dan Irfan Afif. Produk ini merupakan hasil sintesis dari minyak sawit bekas di saluran pembuangan dan diolah menggunakan teknologi lithium complex. Dibandingkan dengan grease berbasis minyak bumi, produk ini lebih ramah lingkungan dan biodegradable.

''Kami mengangkat agar ada suasana lebih hijaunya, lebih biodegradable dan kita menggunakan minyak nabati,'' jelas Irfan. Produk ini telah diuji coba oleh perusahaan seperti BSP (Bukti Sawit Indo Permai) di Muara Enim, meski masih dalam tahap riset lanjutan menuju komersialisasi.

6. Raman Spectroscopy – ITB

Terakhir, kembali dari ITB, Annida Amani SSi MSi memaparkan pengembangan teknologi Raman Spectroscopy yang dipadukan dengan machine learning untuk menilai kualitas minyak sawit secara cepat dan akurat.

''Begitu akhirnya dia ditembak (laser), dia mendapat empat parameter itu secara langsung, jadi tidak dites satu-satu, tidak perlu ada pre-treatment,'' jelas Annida. 

Teknologi ini memiliki potensi besar dalam efisiensi proses quality control di industri, bahkan mampu membedakan jenis minyak nabati berdasarkan karakteristik spektrumnya.

Semua riset ini merupakan bagian dari program Grant Riset Sawit (GRS) yang didanai oleh BPDP. Lewat platform ini, BPDP mendorong inovasi yang bersumber dari kampus dan lembaga riset agar mampu menjawab kebutuhan industri kelapa sawit nasional, mulai dari hulu hingga hilir, dari lapangan hingga ke produk siap pakai.

Sebagai lembaga yang mengelola dana sawit nasional, BPDP menunjukkan perannya tak hanya dalam penyaluran dana peremajaan atau biodiesel, tetapi juga menjadi jembatan antara dunia riset dan industri. Keikutsertaannya dalam 3rd TPOMI 2025 menjadi bukti nyata bahwa transformasi industri sawit menuju efisiensi, keberlanjutan, dan inovasi berbasis teknologi lokal sedang berlangsung. (jdi/mdp)

Tags

Terkini