Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Jika perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) rampung, maka tidak tertutup kemungkinan sawit Indonesia banjiri Eropa. Sebab, dalam kesepakatan perundingan tersebut diantaranya produk sawit RI bebas bea alias tanpa hambatan.
''IEU-CEPA ini sudah masuk tahun ke-10 dengan lebih dari 19 putaran perundingan. Kini seluruh isu utama telah disepakati. Ini jadi milestone penting, terutama di tengah ketidakpastian global,'' kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers secara daring, Senin (14/7/2025) usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungan ke Brussel, Belgia.
Salah satu poin krusial dari rampungnya IEU-CEPA adalah penghapusan tarif bea masuk untuk produk asal Indonesia, termasuk Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya seperti oleokimia dan biodiesel. Dengan kesepakatan ini, Indonesia berpeluang memperkuat dominasinya sebagai eksportir utama sawit ke Eropa, mengalahkan negara pesaing seperti Malaysia.
''Artinya, produk Indonesia akan masuk pasar Eropa dengan tarif 0 persen,'' jelas Airlangga.
Perjanjian IEU-CEPA secara resmi akan ditandatangani pada Kuartal III-2025 di Jakarta, namun Airlangga meminta publik bersabar menunggu pengumuman resmi dari Presiden Prabowo.
IEU-CEPA diyakini bakal memberikan angin segar bagi sektor kelapa sawit Indonesia yang selama ini kerap menghadapi tekanan dari Uni Eropa, terutama melalui regulasi non-tarif seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR).
EUDR menimbulkan tantangan besar karena mewajibkan sistem ketelusuran (traceability) yang ketat pada produk sawit. Namun, dengan adanya IEU-CEPA, pemerintah optimis posisi tawar Indonesia akan jauh lebih kuat dalam menegosiasikan isu-isu keberlanjutan dan lingkungan.
Menurut Airlangga, Indonesia kini dilihat sebagai mitra strategis oleh Uni Eropa, terutama karena statusnya yang sedang menuju keanggotaan OECD dan posisinya sebagai negara jangkar di ASEAN. (jdi/elaeis)