Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), pengembangan teknologi, riset aplikatif, hingga penguatan sumber daya manusia merupakan strategi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk menjaga industri sawit Indonesia tetap berjaya menghadapi perkembangan global.
Dalam ajang 3rd Technology and Talent Palm Oil Mill Indonesia (TPOMI) 2025 yang digelar di Bandung, BPDP kembali menegaskan komitmennya menjaga stabilitas dan keberlanjutan industri sawit nasional melalui sinergi menyeluruh dari hulu hingga hilir.
''Indonesia masih memegang posisi sebagai produsen sawit terbesar dunia, dengan kontribusi sekitar 59% dari produksi global. Tapi tantangan kita makin kompleks, terutama terkait penerimaan pasar dan isu lingkungan,'' ujar Mohammad Alfansyah, Direktur Penyaluran Dana Sektor Hilir BPDP, kemarin.
''Program PSR tidak boleh stagnan. Kalau tidak ada kebun baru, produksi bakal menurun dan petani makin tertinggal,” tegas Alfansyah.
Ia mengungkapkan bahwa sejak 2023, skema kemitraan dalam PSR mulai dilirik petani. Hingga kini, lebih dari 20.000 hektare telah diremajakan, dengan sekitar 2.404 hektare melalui jalur kemitraan.
BPDP juga menyalurkan dana untuk riset dan pengembangan (R&D) yang relevan dengan kebutuhan industri. Hingga saat ini, tercatat 406 kontrak penelitian dengan 96 lembaga riset telah didanai. Fokus riset meliputi bioenergi, pangan dan kesehatan, budidaya, biomaterial, teknologi informasi, hingga isu lingkungan dan sosial ekonomi.
Namun, Alfansyah menekankan pentingnya orientasi riset yang tepat sasaran. “Jangan sampai hasil riset hanya jadi dokumen di rak. Industri harus bicara dulu, baru riset dikembangkan sesuai kebutuhan,” jelasnya.
Salah satu aspek tak kalah penting adalah penguatan SDM sawit. Melalui program beasiswa, BPDP telah mendukung lebih dari 5.000 mahasiswa untuk menempuh pendidikan di berbagai jenjang. Harapannya, akan lahir generasi muda yang siap mendorong transformasi industri sawit masa depan.
Keseimbangan antara kebun dan pabrik juga menjadi perhatian. “Jangan sampai hilirisasi jalan kencang, tapi kebun-kebun rakyat dibiarkan tertinggal. Produksi harus seimbang dengan kapasitas industri,” tambahnya. (jdi/els)